Dalam rangka memotivasi mahasiswa untuk lebih aktif dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menggelar kegiatan workshop PKM bagi mahasiswa dan dosen pembimbing, Sabtu (19/10). Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, mengatakan bahwa STIKES ‘Aisyiyah sudah mengikuti kegiatan PKM yang diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) Ditjen Dikti. Dengan adanya workshop ini diharapkan mahasiswa yang mengajukan proposal PKM akan semakin bertambah.

 

Berkaitan dengan hal tersebut, narasumber workshop, Dr.rer.nat. Endang Darmawan, menjelaskan bahwa lulusan sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill dan communication skill. Kekurangan atas salah satu dari ke empat ketrampilan/kemahiran tersebut dapat menyebabkan berkurangnya mutu lulusan. Sinergisme akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas persoalan atau tantangan yang dihadapinya. Agar mahasiswa dapat mencapai level kreatif diupayakan melalui sebuah kegiatan yang diberi nama Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). PKM dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang tinggi. Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpiN yang cendekiawan, wirausahawan serta berjiwa mandiri dan arif, mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggung jawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni.

 

Jenis PKM antara lain PKM-Penelitian (PKM-P), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM-M), PKM – Teknologi (PKM-T), PKM – KarsaCipta (PKM-KC), PKM – Gagasan Tertulis (PKM-GT), PKM – Artikel Ilmiah (PKM-AI). Masing-masing program kreativitas tersebut memiliki kriteria dan bidang kegiatan masing-masing.

 

Tahun 2012 lalu STIKES ‘Aisyiyah telah meraih prestasi PKM (4 program) antara lain PKM GT Tahun 2012 dengan Judul “Diligent formulations for gender equality : Solusi cerdas mengatasi diskriminasi gender guna mencapai milenium develompment goal (MIDG’S) dengan meningkatkan kesetaraan gender menuju keluarga berkualitas 2015”,

PKM GT Tahun 2012 dengan judul “Pendekatan Need and Safety of Patience”,

PKM GT Tahun 2012 dengan judul “SOTO : Saung Otto alat bantu untuk mengantarkan gelombang beta menuju alpha solusi untuk merangsang AEISQ (Attitude Emotional Intellengence Spiritual Quetient) Anak bangsa tak bersekolah”,

PKM-P Tahun 2012 “Edukasi Postural Drainage Untuk Menurunkan Keluhan Batuk Pada Anak DI Desa Karangwaru Tegalrejo Yogyakarta”.

 

 

Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIN), Dra Jumiarni Ilyas, M.Kes mengemukakan, para calon bidan harus lulus uji kompetensi yang digelar oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Setelah itu, mereka baru bisa praktik. Hal tersebut dijelaskan saat studium general/kuliah pakar pada program studi kebidanan DIII STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, kamis (17/10).

Menurutnya, tujuan uji kompetensi untuk menghasilkan lulusan pendidikan kesehatan yang bermutu, menjamin keselamatan pasien, keselamatan tenaga kesehatan, kesetaraan mutu global, terpenuhinya standar mutu pelayanan kesehatan nasional dan menjadi syarat mendapatkan sertifikat kompetensi STR dari MTKI.

”Uji kompetensi ini untuk membuat standar pelayanan yang sama di seluruh Indonesia. Jadi lulusan kebidanan dimanapun diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas, dalam hal ini bidan memiliki posisi strategis  dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB),” jelasnya kepada mahasiswa kebidanan semester 5.

Lebih lanjut Jumiarni menjelaskan bahwa penyelenggara pendidikan kebidanan harus memastikan bahwa lulusannya adalah seorang praktisi yang kompeten, memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas tinggi, dalam meningkatkan status kesehahatan perempuan/masyaraka yang dilayani. Kualitas suatu perguruan tinggi kebidanan dilihat dari input (kualitas calon peserta didik), proses (kualitas pengalaman belajar), out put (kualitas lulusan) dan out come (kualitas bidan sebagai tenaga kesehatan).

Pelaksanaan uji komptenesi secara nasional ini merupakan rangkaian dari proses pendidikan, dilakukan sebelum wisuda. Bentuknya uji tulis dan praktek. Uji kompetensi dilaksanakan 3 kali dalam satu tahun yaitu bulan April, Agustus, November. Bila tidak lulus masih ada kesempatan untuk mengulang.

”Pada akhirnya, uji kompetensi sebagai tolak ukur bahwa tenaga kesehatan memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian dan kewenanganya,” terangnya.

 

 

 

 

 

Guna mencetak kader persyarikatan yang tangguh dan kuat dan menjadi tim medis yang siap tampil digaris terdepan dalam penanganan bencana, STIKES ‘Aisyiyah menggelar perkemahan mahasantri di bumi perkemahan Girikerto Turi Sleman, Ahad-Senin (13-14/10).

 

Beberapa materi yang diberikan oleh tim SAR DIY dan Hizbul Wathan Sleman, UMY dan UAD antara lain materi ular, SAR (pencarian dan penyelamatan), manajemen bencana (pencegahan dan penanganan) dan jelajah alam (praktek pencarian dan evakuasi).

 

Menurut Mukhsin, staf kemahasiswaan STIKES ‘Aisyiyah, melalui kegiatan tersebut, mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami dan mempratikan materi Search and Rescue (SAR), latihan mandiri serta bertahan hidup di alam terbuka (survival). Dan pelaksanaanya akan dilakukan rutin setiap bulan bagi mahasiswa baru

Tiga tonggak sejarah penyembelihan hewan qurban. Pertama adalah perintah qurban pertama kali dimulai sejak zaman nabi Adam yakni yang dilaksanakan oleh kedua orang puteranya (Qabil dan Habil). Kedua adalah qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim -Ismail. Ketiga adalah qurban yang disyareatkan oleh Nabi Muhammad yang telah mencapai bentuknya sempurna.

 

”Qurban yang disyariatkan kepada kita disamping juga ditekankan keikhlasannya, ditentukan pula jenis-jenis hewannya dan siapa yang berhak menerimanya, dengan demikian qurban pada syariat Nabi Muhammad menyentuh pula aspek kemanfaatan kepada masyarakat, keihlasannya jelas untuk Allah semata,” ujar Prof. Dr. Syamsul Hadi, SU., M.A, di hadapan jama’ah shalat Idul Adha yang memadati boulevard STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Selasa, (15/10/2013).

 

Syamsul Hadi melanjutkan, bahwa ajaran Islam tentang zakat, infak, shadaqah dan qurban, serta pemberian kepada orang lain, akan terlihat klasifikasi aghniya (kaya) dan masakin (miskin dan bersahaja). Pembedaan tersebut menekankan kepada tugas masing-masing. Yang mendapatkan kemurahan rizki lebih banyak bertugas memberi, sedangkan yang lain (miskin) lebih banyak bertugas menerima. Pada suatu saat yang sekarang bertugas menerima pemberian mungkin karena ridha Allah bertugas pula untuk memberi.

 

”Ajaran Islam tentang infaq, zakat, shadaqah da qurban tersebut berlaku sepanjang masa dan diharapkan dapat dikembangkan untuk menjembatani perbedaan antara dua kelompok tersebut atau menjembatani kesenjangan soaial,” tegasnya.

 

Pada tahun ini, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta berkurban 20 hewan qurban yang terdiri dari tiga ekor Sapi dan 17 ekor Kambing. 14 hewan qurban didistribusikan berbagai desa binaan dan berbagai lembaga maupun masyarakat sekitar berdasarkan proposal yang diajukan. Dan lainnya di sembelih dilingkungan kampus STIKES ‘Aisyiyah (4 kambing dan 2 sapi).

 

Ikatan Alumni Sekolah Pendidikan Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta, resmi dibentuk pada Sabtu (28/9). Organisasi alumni tersebut merupakan konversi dari KASPA yang telah terbentuk sejak Sekolah Perawat Kesehatan ‘Aisyiyah.

Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, S.Kp.,M.Kep., Sp.Mat mengatakan bahwa visi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta adalah menjadi Pendidikan kesehatan terbaik di Indonesia tahun 2016. Setelah 2016 harapannya menjadi Universitas ‘Aisyiyah. Untuk itu STIKES ‘Aisyiyah butuh alumni karena alumni juga sebagai promotor visi dan misi.Tahu ini 2400 mahasiswa sekolah di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, dimana angka tersebut adalah 60% mahasiswa kesehatan yang ada di Yogyakarta.

Lebih lanjut Warsiti mengatakan bahwa tujuan temu alumni adalah membentuk kepengurusan baru. Usia 50 tahun ini organisasi alumni harus lebih tertata dengan baik karena sebagai ujung tombak dalam sosialisasi visi dan misi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Sementara itu agenda temu alumni lainnya yaitu mengadakan malam kenangan diiringi hiburan dan diskusi ”Sura Editor” bekerjasama dengan ADI TV dan Jogja Editor Forum. Diskusi ini mengangkat tema ”Efek BPJS Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan dan Praktek Mandiri”.

Diskusi berlangsung hangat, terlebih dihadiri para alumni dari Bali, Balikpapan, Jakarta, Bandung dan Jawa Tengah yang rata-ratamemiliki balai kesehatan dan pelayanan khusus ibu dan anak.

Dalam acara tersebut, Warsiti mengaku bangga dan terharu dengan berkumpulnya para alumni. ”Apalagi alumni-alumni STIKES ‘Aisyiyah telah menjadi tokoh dan memiliki pengaruh kuat di masyarakat,”tuturnya.