Sidang Tanwir ‘Aisiyah I yang diselenggarakan di kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta kali ini memiliki makna penting dan strategis bagi ‘Aisyiyah. Melalui Sidang Tanwir ini, ‘Aisyiyah dapat melakukan evaluasi dan refleksi diri menyongsong usia satu abad sekaligus sebagai momentum pergantian Abad ke satu menuju abad kedua.

Pada Pidato iftitah Sidang Tanwir ‘Aisiyah I, mengambil tema : GERAKAN PRAKSIS SOSIAL AL-MA’UN UNTUK KEMAJUAN BANGSA”, ini menggugah kesadaran ‘Aisiyah atas perjalanan panjang penuh dinamika dari organisasi perempuan Muhammadiyah yakni perjuangan untuk berjihad dalam memajukan seluruh aspek kehidupan melalui penguatan spiritual, akhlaq, pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesejahteraan sosial, dan usaha lainnya berbasis jama’ah diseluruh tanah air.

Pada kesempatan ini, Noordjanah Djohantini juga mengatakan bahwa pembaruan ‘Aisyiyah dilakukan atas dasar keyakinan dan pandangan islam yang berwawasan “al-ruju’ ila al Qur’an wa al-Sunnah” dengan mengembangkan ijtihad untuk menuntun kehidupan manusia dalam hablun minAllah dan hablun minannas.

Kiprah partisipasi dan konstribusi ‘Aisyiyah diberbagai bidang kehidupan sudah banyak dan telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah dengan diberikannya 3 (tiga) penghargaan pada 2012 antara lain dari Kementrian Kehutanan, Anugerah Peduli Pendidikan, dan MDG’s Award atas peran strategis ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa yang sejatinya telah dimulai sejak ‘Aisyiyah berdiri. Selain itu Kontribusi ‘Aisyiyah ini dilakukan melalui dakwah dan jihad di berbagai bidang, antara lain pendidikan, ekonomi, kesehatan, pendidikan politik maupun usaha lain dengan berbasis pada gerakan Keluarga Sakinah dan Qoryah Thoyyibah.” tambahnya

Dalam pidato iftitah kali ini, Noordjanah menyampaikan beberapa permasalahan yang sering terjadi di masyarakat, seperti maslaah politik, ekonomi, ketahanan pangan, dan kekerasan perempuan.

Mengenai masalah politik, Noordjanah mengungkapkan bahwa “Saat ini politik hanya sekedar alat meraih kekuasaan, uang, dan kedudukan, bukan memperjuangkan kepentingan rakyat tapi lebih mengutamakan kepentingan individu. Selin itu, Moneypolitik sudah menjadi budaya politik diseluruh kalangan.”

Sedangkan bicara masalah ekonomi dan ketahanan pangan, Noordjanah mengungkapkan bahwa “Kapitalisme global dan liberalisasi ekonomi mematikan ekonomi rakyat kecil sehingga menjadikan kesenjangan ekonomi semakin lebar. Masyarakat cenderung mengutamakan materialisme, hedonisme, dan oportunisme dalam kehidupan sehari-hari. Ketahanan pangan banyak berkaitan gizi buruk yang dialami anak-anak indonesia. Masalah pangan bukan sekedar terpenuhinya kebutuhan pangan tapi tentang bagaiaman ketersediaan pangan, asal dari mana, dan tentang ketahan dan kedaulatan pangan. Bagi ‘Aisyiyah masalah pangan jua perlu memperoleh perhatian karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat yang berpengaruh pada aspek kehidupan.”

“Pengaruh media masa memiliki peran strategis di ruang publik Tidak disangkal media memiliki peran untuk mencerdaskan bangsa, namun tetapi media masa terutam televisi dan media sosial menjadi wahana berkembangnya pornoaksi, pornografi, ghibah, dan tidak jarang melakukan pembohongan publik.” tambahnya.

Noordjannah menyampaikan, “Kekerasan perempuan ditunjukkan dengan meningkatnya perceraian akibat KDRT, poligami, perkosaan, dan lain sebagainya. Sementara kekerasan pada anak, bisa berbentuk kasus bullying, tawuran, narkoba, kekerasan seksual. Hal ini terkait situasi sosial, ekonomi, politik, dan agama yang tidak positif.”

Diakhir pidatonya, Noordjannah menegaskan “Dalam menghadapi masalah dan tantangan, ‘Aisyiyah memerlukan revitalisasi, antisipasi (idealis dan pemikiran) dan praksis pergerakan. Pertama, pada sisi idealisme ‘Aisyiyah dituntut memperkokoh idealisme dalam dirinya agar nilai idealisme (prinsip ideologi gerakan dan komitmen idealisme) terpelihara. Kedua, pengembangan pemikiran. ‘Aisyiyah memerlukan pemikiran yang kokoh dalam menghadapi isu-isu perempuan yang bersifat aktual dan mutakhir. Tanwir ini penting bagi para pimpinan ‘Aisyiyah untuk menjadi ajang membahas masalah dan tantangan yang besar dengan pemikiran luas dan mendalam.” (www.aisyiyah.or.id)

Sebagai upaya untuk meningkatkan skill dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dengan standar internasional, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta kembali memperkuat kerjasama dengan institusi internasional. Kali ini STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Taiwan International Healthcare Training Centre (TIHTC), Taipei Hospital, Dept of Health Taiwan. Penandatanganan naskah kerjasama di lakukan oleh Ketua STIKES ‘Aisyiyah, Warsiti, S.Kp.,M.Kep., Sp.Mat dan Shoei-Loong Lin, Superintendent of Taipei Hospital, Department of Health di Hall 2 Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Sabtu (13/10).

STIKES ‘Aisyiyah bekerjasma dengan institusi di Taiwan karena merupakan salah satu negara asia timur selain jepang dan korea yang sudah memiliki sistem kesehatan yang comprehensive dengan standar layanan kesehatan tinggi. Taiwan adalah salah satu contoh negara terbaik di dunia yang mempunyai sistem pembiayaan kesehatan yang sangat efisien dan efektif. Seperti yang di jelaskan oleh Shoei-Loong Lin, Superintendent of Taipei Hospital, Department of Health bahwa di Taiwan berusaha selalu meningkatkan kualitas derajat kesehatan masyarakat. Salah satu caranya dengan menjalin kerjasama dengan institusi lain untuk pelatihan, sehingga bisa menyebarluaskan ilmu-ilmu kesehatan.

Lebih lanjut Shoei-Long Lin berharap dengan ditandatanganinya kerjasama ini akan semakin mempererat hubungan, karena selama ini sudah terjalin dengan baik. Antara lain pelatihan untuk para dosen dan mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Kerjasama dengan TIHTC ini meliputi internasional nursing intership program yaitu praktek klinik selama satu bulan untuk mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogykarta, baik program studi Ilmu Keperawatan S1, Kebidanan dan Fisioterapi S1. Mulai tahun 2013 STIKES ‘Aisyiyah, rutin mengirimkan mahasiswa setiap tahunnya ke TIHTC. Para mahasiswa belajar mengenai keperawatan gawat darurat, perinatal care dan fisioterapi. Adapun kriteria mahasiswa yang mengikuti pelatihan adalah harus mahir berbahasa inggris dan memiliki skill sesuai profesinya dengan baik.

STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta berharap, mahasiswa yang mengikuti pelatihan atau praktik klinik di TIHTC mampu membawa budaya mutu dan menjadi agen perubahan sekembalinya ke STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dan menjadi bekal saat sudah menjadi tenaga kesehatan di masyarakat kelak.

 

Share obat dalam proses kesembuhan pasien adalah 40%, selebihnya 60% merupakan sesuatu yang bersifat spiritual. Melihat fakta tersebut, seorang perawat memiliki kekuatan untuk mempercepat kesembuhan pasien, karena perawat/ners selalu mendampingi pasien untuk memberikan dorongan spiritual. Hal tersebut dijelaskan oleh Direktur RSU PKU Muhammadiyah Bantul, dr. Agus Sukoco, M.Kes, saat memberikan sambutan pada acara pengambilan janji pra ners mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Senin (8/10).

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa pelayanan profesi keperawatan dengan pendekatan spiritual ini akan menjadi trend baru. Bagaimana mengimplementasikan spiritual care sebagai bagian dari kompetensi profesi kesehatan khususnya perawat/ners. Inilah nantinya yang akan menjadi ciri khas perawat lulusan Muhammadiyah/Aisyiyah. Ketua STIKES ‘Aisyiyah, Warsiti, M.Kep., Sp.Mat mengharapkan mahasiswa sudah siap melaksanakan praktek profesi dan mampu sebagai kader persyarikatan sehingga mampu melakukan dakwah amar ma’ruf kepada pasien. Selain itu, RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebagai home based praktek profesi ners diharapkan mampu membimbing dan memberikan bekal dengan baik kepada mahasiswa.

Pada saat yang sama, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah menjelaskan bahwa para ko-ners baru ini adalah lulusan PSIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta tahap akademik tahun akademik 2011/2012 yang terdiri dari 129 orang. Para ko-ners yang akan diambil janjinya telah menempuh proses belajar mengajar tahap akademik/jenjang sarjanan selama 8 semester.

Sebelum menempuh program pendidikan ners tahap profesi, para ko-ners telah menjalani serangkaian kegiatan meliputi Kepaniteraan Umum (Panum). Kegiatan ini untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki lahan praktik baik di klinik maupun komunitas. Antara lain workshop bagi perceptor (pembimbing di klinik), praktikum mandiri, ujian kompetensi tulis, tutorial kasus dan praktik, ujian praktik dengan metode OSCA, pembekalan dan penjelasan stase, orientasi rumah sakit dan pengambilan janji pra ners.

Para ko-ners ini akan menempuh beban studi pada program pendidikan ners tahap profei sejumlah 36 SKS. Beban studi tersebut terdiri dari pengalaman belajar klinik mencakup 11 bidang keperawatan yaitu ketrampilan dasar klinik/profesi, keperawatan dewasa, keperawatan anak, keperawatanmaternitas, keperawatan komunitas, keperawatan gerontik, keperawatan keluarga, keperawatan jiwa, keperawatan gawat darurat, manajemen keperawatan dan pemintan klinik. Metode pembelajaran dan evaluasi yang akan digunakan meliputi konfrens klinik, penugasan tertulis, penugasan klinik, bedside teaching-tutorial, ronde keperawatan, direct observed procedural skills (DOPS), presentasi kasus, presentasi artikel jurnal ilmiah, meet the expert dan kegiatan mandiri.

Kegiatan pembelajaran program pendidikan ners tahap profesi ini akan dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, RSU Daerah Muntilan Kabupaten Magelang, RS Ghrasia Yogyakarta, RSU ‘Aisyiyah Muntilan, RSUD Wates Kulonprogo, RSUD Panembahan Senopati Bantul, RSUD Wonosari, RSU ‘Aisyiyah Ponorogo, Puskesmas Piyungan Bantul, Puskesmas Banguntapan II Bantul, PSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur dan Komunitas di wilayah kerja Puskesmas Piyungan Bantul.

 

 

Lianawati, berhasil meraih gelar putri persahabatan dalam ”Grand Final Pemilihan Dimas Diajeng DIY 2012”, Jumat (28/9) di Grha Sabha Pramana UGM. Dewan Juri sepakat menobatkan Lianawati menjadi putri persahabatan, setelah melakukan beberapa penilaian.

Lianawati yang mewakili Kulonprogo adalah lulusan program studi kebidanan D III STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Perempuan yang berprofesi sebagai bidan ini kerap menjadi Master Ceremony (MC) di berbagai acara.

Pada grand final ini para peserta mendapat beragam pertanyaan dari Juri antara lain mengenai pengembangan pariwisata, desa wisata, ekonomi kreatif, Yogya sebagai City of Tolerance, cagar budaya hingga keistimewaan Yogya.

Dewan juri Grand Final yakni Tazbir, SH., M.Hum (Ka. Dinas Pariwisata DIY), Ir. Condroyono, MSP (pengamat pariwisata), GKR Pembayun (tokoh kepemudaan DIY), Drs. Octo Lampito, MPd (mewakili media)

Dalam rangka kegiatan promosi perguruan tinggi wilayah DIY di Pangkalpinang Bangka Belitung oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Propinsi DIY (26-30/9), STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta ikut andil dalam acara tersebut.

Kegiatan promosi dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain pameran di Bangka Trade Center (BTC) dan promosi di beberapa SMA Negeri maupun Swasta. STIKES ‘Aisyiyah mengunjungi SMAN 1-4 Pangkalpinang, MAN Model Pangkalpinang, SMA Muhammadiyah Pangkalpinang.

Dalam kegiatan presentasi di SMA-SMA tersebut, para siswa menunjukkan antusias tinggi untuk jurusan kesehatan, khususnya di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Menurut Syaifudin, M.Kes, Wakil Ketua Bidang Umum Keuangan dan Kerjasama, kegiatan ini sangat baik sekali dan banyaknya minat para siswa yang ingin ke STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta maka STIKES ‘Aisyiyah merencanakan untuk mengadakan pendaftaran dan tes mahasiswa baru langsung di Pangkalpinang Bangka Belitung.