STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta sebagai salah satu amal usaha kesehatan sekaligus sebagai tulang punggung dakwah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik dan membimbing putra-putri bapak ibu wali mahasiswa baru menjadi generasi yang profesional qur’ani.  Kami mengajak para mahasiswa baru ini nantinya menjadi kader persyarikatan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Badan Pembina Harian sekaligus Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dra Siti Noorjanah Djohantini, MM.,M.Si, dalam sambutan pertemuan orang tua/wali mahasiswa baru (7-8/9) di Hall 4 Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Sementara itu, Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat mengucapkan terima kasih kepada para orang tua/wali mahasiswa baru atas kepercayaannya menitipkan pendidikan putra-putrinya di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Warsiti meyakinkan bahwa pilihan ke STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta adalah pilihan tepat karena program studi yang ada sudah terakreditasi B oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Selain itu senantiasa meningkatkan kualitas dosen, sarana prasarana  dan sebagainya.

Dalam pertemuan wali yang di hadiri 700 orang tersebut dijelaskan mengenai profil STIKES ‘Aisyiyah, informasi mengenai program studi, beasiswa, pertukaran pelajar ke luar negeri dan sebagainya. Harapannya, melalui kegiatan ini mampu menjalin silaturahmi secara berkelanjutan antara para orang tua dan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Selain itu para orang tua menjadi paham mengenai pendidikan putra-putrinya.

 

Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas layanan di Rumah Sakit, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menandatangani kerjasama dengan Rumah Sakit ‘Aisyiyah Muntilan, Jumat (10/8). Kerjasama ini meliputi pelaksanaan kegiatan pendidikan/praktik klinik bagi mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dan studi lanjut bagi pegawai Rumah Sakit.

Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, S.Kp., M.Kep.,Sp.Mat dalam sambutannya menjelaskan bahwa RSA Muntilan mengalami perkembangan pesat yaitu mulai dari Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) kemudian menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak dan kini telah menjadi Rumah Sakit ‘Aisyiyah. Hal ini menujukkan bahwa RSA Muntilan merupakan salah satu amal usaha kesehatan yang maju dan mampu mendidik calon tenaga kesehatan khususnya bidan, perawat dan fisioterapis.

Lebih lanjut kerjasama ini bisa dikembangkan pada bidang penelitian. Harapannya kerjasama ini dapat saling menguntungkan dan menciptakan jejaring lebih luas lagi.

 

Lianawati, mahasiswa Kebidanan DIII STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terpilih menjadi Grand Finalis Dimas Diajeng Propinsi DIY 2012. Mewakili Kabupaten Kulonprogo, Liana berhasil mendapatkan gelar Diajeng Intelegence.

Gadis yang memiliki cita-cita  menjadi tenaga kesehatan yang inspiratif ini, berhasil masuk menjadi Grand Finalis melalui persaingan yang ketat. Beberapa tes yang dilalui antara lain psikotes, wawancara meneganai bidang pariwisata, kebudayaan, public speaking, dan membuat makalah dengan tema tertentu.

Makalah dengan judul ”Quo Vadis Yogyakarta Sebagai Kota “MICE” tersebut berhasil mengantarkannya menjadi Grand Finalis Dimas Diajeng Yogyakarta 2012. Dalam makalah ini Liana menjelaskan bahwa Yogyakarta meliliki fasilitas berupa hotel dan gedung pertemuan yang memiliki standar MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition), dan siap menggelar pertemuan baik regional, nasional maupun internasional. Rekomendasi yang ditawarkan adalah beberapa upaya yang seharusnya dilakukan oleh para pelaku pariwisata untuk meningkatkan potensi wisata MICE di Yogyakarta melalui “share publik” untuk membentuk sinergitas dan kesadaran antar pelaku industri pariwisata dan Pemda sebagai regulator pemegang peran penting dalam rangka mengembangkan Yogyakarta sebagai Kota MICE. Hal ini dapat diwujudkan secara kongkrit melalui pertemuan baik secara rutin maupun seminar/workshop/pelatihan yang diselenggarakan untuk menempuh cara lain mempromosikan Yogyakarta justru kepada pelaku wisata itu sendiri, serta memperoleh kata sepakat untuk memenuhi tuntutan kebutuhan bagi peserta konvensi.

Kini Liana sedang mempersiapkan diri untuk maju ke babak berikutnya, semoga terpilih menjadi Diajeng Yogyakarta 2012.

Islam yang berkemajuan harus menjadi basis bagi praksis gerakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, yakni dengan karakter bayani, burhani dan irfani.

Menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, Islam yang berkemajuan tersebut haruslah menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan dan kemakmuran.

”Juga menyemaikan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat Islam, yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan, tanpa diskriminasi,” kata Haedar , Ahad (29/7), saat Pengajian Ramadhan PP ‘Aisyiyah di Aula STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Pengajian ini bertema “Implementasi Pemikiran Tajdid Muhammadiyah dan Praksis Sosial Aisyiyah”

Haedar mengatakan ditengah banyak kutub ekstrem gerakan keagamaan kontemporer, Muhammadiyah dituntut untuk hadir sebagai ideologi Islam alternatif yang menawarkan pandangan Islam berkemajuan yang serba melintasi dan mengungguli.

Namun, lanjut dia, Muhammadiyah perlu koreksi diri jangan sampai terjebak pada kecenderungan yang tidak positif,  yakni kering dari pemikiran tidak sebagaimana kaum neomodernisme Islam, kalah dalam militan dan keteguhan sikap sebagaimana gerakan-gerakan neorevivalisme Islam.

“Sedangkan dalam model praksis amaliah pun Muhammadiyah mulai ketinggalan baik dari gerakan-gerakan Islam baru maupun dari gerakan Islam Tradisional yang dulu dikritiknya secara tajam,” tuturnya.

Disinilah, lanjut Haedar, pentingnya anggota dan institusi Muhammadiyah memahami dan melakukan aktualisasi ideologi Islam yang berkemajuan.

“Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah harus bisa melakukan proses internalisasi Islam berkemajuan ke  seluruh jajaran,” kata dia.

Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjanah  Djohantini dalam sambutannya mengatakan kegiatan Ramadhan di PP ‘Aisyiyah diikuti oleh para pimpinan ‘Aisyiyah di wilayah dan daerah.

Kegiatan ini untuk meneguhkan kembali gerakan amar ma’ruf nahi munkar agar terus dipertajam dengan pengembangan pemikiran Tajdid Muhammadiyah yakni Islam berkemajuan. (sumber: Republika)

Perguruan Tinggi hendaknya mampu membentuk dan membina  kehidupan yang cerdas, bukan hanya membentuk orang cerdas. Dan kekuatan/keunggulan yang dimiliki suatu perguruan tinggi senantiasa dipelihara dan mampu menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Hal tersebut di ungkapkan oleh Wakil dari KOPERTIS Wilayah V Yogyakarta, Tunggul, saat visitasi di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta pada acara Pengawasan, Pengendalian dan Pembinaan (WASDALBIN) Program Studi Kebidanan DIII, Rabu (18/7).

Ketua Tim Wasdalbin, Drg. Yuli Kusumastuti, M.Kes, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan suatu cara untuk memonitor perguruan tinggi kesehatan khususunya Program Studi Kebidanan DIII. Semua aspek akan dilihat dan harapannya dari kegiatan ini mampu memberikan masukan dan menambah wacana  untuk meningkatkan mutu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Tim Wasdalbin yang terdiri dari Dinas Kesehatan Propinsi DIY, Badan Mutu Pelayanan Kesehatan (BMPK), organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) DIY, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Prop DIY, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) Wilayah V DIY dan Dinas Pendidikan dan Olahraga (DIKPORA) DIY ini memonitor beberapa hal. Antara lain manajemen organisasi, dosen dan kemahasiswaan, praktik klinik, praktik komunitas, sarana dan prasarana serta networking yang ada di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Hasil dari Wasdalbin tahun ini secara garis besar sudah baik. Peningkatan tetap selalu dilakukan oleh STIKES ‘Aisyiyah seiring dengan era yang semakin maju.