Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menerima studi banding dari Universitas Muhammadiyah Palopo via ruang maya, Selasa (08/03). Stuban dilaksanakan dalam rangka persiapan UM Palopo membuka Program S1 Studi Profesi Bidan. Pendirian tersebut menjadi pengembangan dari Prodi D3 Bidan yang telah berdiri dari tahun 2006 di UM Palopo.
Rektor UNISA Yogya, Warsiti,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat., menyambut dan berterimakasih kepada UM Palopo, atas kepecayaannya untuk silaturahmi dan studi banding di UNISA Yogya. Warsiti menyebutkan bahwa UNISA Yogya, siap berkolaborasi dan membantu serta mendukung dalam pendirian tersebut. “Mudah-mudahan ikhtiar yang telah dilaksanakan dari rekan-rekan UM Palopo segera mendapatkan izin operasional,” tutup Warsiti.
Wakil Rektor II UM Palopo, Dr. Hadi Pajarianto, S.Pd.I., M.Pd.I., dalam sambutannya memaparkan bahwa pengembangan tersebut juga menjadi salah satu amanah dari para pendiri Akademi Bidan Muhammadiyah Palopo. “InsyaAllah dalam pertemuan ini kita akan diberikan ilmu, pengalaman, serta InsyaAllah akan diberikan percepatan dalam transformasi, sehingga Prodi S1 Kebidanan dan Profesi bisa berdiri,” jelas Hadi Pajarianto. Hadi juga menegaskan bahwa sarana dan prasana dari Prodi D3 Kebidanan UM Palopo sudah luar biasa.
Dalam sesi sharing pengalaman, dipandu oleh Nidatul Khofiyah, S.Keb.,Bd., M.PH, selaku Ka.Prodi Kebidanan Program Sarjana dan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi, UNISA Yogya. Pembahasan terbilang cukup detail dimulai dari struktur organisasi Prodi, kurikulum, metode pembelajaran, mata kuliah terkait jumlah SKS, dan lain sebagainya. Selain dari Prodi juga dipaparkan dari Laboratorium dan Perpustakaan UNISA Yogya.
https://www.unisayogya.ac.id/en/wp-content/uploads/sites/16/2022/03/Screen-Shot-2022-03-08-at-09.19.23.png16002560biro humas admisihttps://media.unisayogya.ac.id/wp-content/uploads/2024/01/Logo-Unisa_Horisontal_bg_putih.pngbiro humas admisi2022-03-09 11:18:482022-03-09 11:18:48Silaturahmi dan Studi Banding di UNISA Yogya, Prodi S1 Profesi Bidan Akan Hadir di UM Palopo
Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta mendapatkan kunjungan Kapolda DIY Irjen Pol Drs. Asep Suhendar, M.Si., Selasa (08/03). Kunjungan ini dalam rangka meninjau vaksinasi booster hari kedua yang diadakan Unisa Yogyakarta bekerjasama dengan Kepolisian Daerah (Polda) DIY dalam mendukung program percepatan vaksinasi nasional.
Didampingi beberapa Pejabat Utama Polda DIY, dalam kunjungannya Kapolda disambut oleh Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat beserta jajaranya.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolda DIY memaparkan beberapa perkembangan situasi Covid-19 di DIY. Kapolda menyampaikan bahwa pada tanggal 7 Maret 2022, penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY sebanyak 1.310 kasus dengan penambahan angka kesembuhan sebanyak 1.290 kasus.
“Vaksinasi ini merupakan vaksinasi serentak yang dilaksanakan secara bersamaan di 34 Provinsi di Indonesia dan dipantau oleh Kapolri secara virtual,” tutur Asep.
Selain melakukan pemantauan, Polda DIY dan Unisa Yogyakarta juga akan bekerjasama untuk membuka gerai vaksinasi di klinik Unisa Yogyakarta. Warsiti mengatakan kolaborasi antara Unisa Yogyakarta dengan Polda DIY terus berlanjut, nantinya gerai vaksinasi akan dibuka setiap hari untuk melayani masyarakat umum agar mendapatkan vaksin secara gratis.
Universitas `Aisyiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) mengadakan kegiatan vaksin ke III (booster) bagi dosen, karyawan, mahasiswa Unisa Yogyakarta serta masyarakat umum di gedung Siti Bariyah kampus terpadu Unisa Yogyakarta, Senin (07/03).
Kegiatan Vaksin ini sendiri akan dilaksanakan selama 3 hari, yaitu dari tanggal 7 – 9 Maret 2022 dengan jumlah kuota 1000 vaksin perharinya. Adapun jenis vaksin yang dipakai untuk booster ini berjenis AstraZeneca.
Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat mengatakan kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar juga berkat dukungan dari Polda DIY yang selalu bersinergi dengan Unisa Yogyakarta dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19 melalui kegiatan vaksinasi yang sudah dilangsungkan beberapa kali.
“Meskipun baru kali ini Unisa mengadakan vaksin booster yang pertama, tetapi kami selalu senantiasa mendukung upaya dari program dinas kesehatan mengenai pencegahan penularan Covid-19, hal ini sudah kita lakukan sejak pertama kali dinyatakan di Indonesia sebagai pandemi,” tutur Warsiti.
Warsiti menambahkan selain vaksin untuk internal Unisa, vaksin ini juga diperuntukkan untuk masyarakat umum, lansia serta yang sudah memenuhi syarat untuk dilakukan vaksinasi. Khusus masyarakat umum dengan kriteria tertentu yang mengikuti kegiatan vaksin diberikan minyak goreng yang sekarang sedang langka dipasaran.
dr. Is Arifin, Sp.B selaku Kepala Bidang Dokter Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda DIY dalam sambutanya menyampaikan bahwa DIY merupakan terbaik ke 3 di Indonesia setelah Jakarta dan Bali mengenai penyaluran vaksin. “Yang perlu ditekankan ke masyarakat bahwa vaksinasi booster ini betujuan untuk mencegah fatalitas dari virus Covid-19. Meskipun nantinya sudah pada mendapatkan vaksin, masyarakat tetap harus menjaga prokes,” ucap Arifin.
https://www.unisayogya.ac.id/en/wp-content/uploads/sites/16/2022/03/IMG_9753-scaled-1.jpg17072560biro humas admisihttps://media.unisayogya.ac.id/wp-content/uploads/2024/01/Logo-Unisa_Horisontal_bg_putih.pngbiro humas admisi2022-03-07 13:38:452022-03-07 13:38:45Unisa Yogyakarta Bagikan Minyak Goreng Dalam Kegiatan Vaksin Booster
Hari ini, Baitul Arqam untuk Pimpinan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta telah memasuki hari kedua. Di hari terakhir ini para peserta Baitul Arqam menyimak salah satu meteri yaitu Islam Washathiyah yang disampaikan oleh Dr. H. Agung Danarto., M.Ag. Islam Wasathiyah adalah Islam Berkemajuan. Pengertian Wasathiyah secara umum adalah jalan tengah, berada diantara dua sisi, tidak condong ke kiri atau condong ke kanan. Hal tersebut disampikan oleh Sekretartis PP Muhammadiyah, Dr. H. Agung Danarto., M.Ag. secara daring melalui Zoom Meeting pada hari Sabtu (05/03).
Islam Wasathiyah memiliki pijakan kuat di dalam Al-Quran, yaitu dalam Surat Al-Baqarah ayat 143. Dalam surat tersebut, ummatan wasatha dimaknai oleh para mufasir sebagai umat yang adil dan pilihan. Ada sepuluh karakteristik Islam Wasathiyah yang dikonsepkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang disampaikan oleh Agung Danarto, yaitu Tawazun(berkeseimbangan); Tawasuth (mengambil jalan tengah); Syura (musyawarah); Tasamuh (toleransi); I’tidal (lurus dan tegas); Awlawiyah (mendahulukan yang prioritas); Islah (reformasi); Musawah (egaliter non diskriminiasi); Tahaddhur(berkeadaban); dan Tathawur wa Ibtikar (dinamis, kreatif dan inovatif).
Apakah Muhammadiyah merupakan Islam Wasathiyah? Untuk menjawab pertanyaan ini Agung Danarto menyampaikan sepuluh Sifat Kepribadian Muhammadiyah. Sepuluh Sifat Kepribadian Muhammadiyah ini memiliki karakteristik Islam Wasathiyah yang dikemukakan oleh MUI. Pertama, beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang pertama ini mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Islah (reformasi); Tathawur wa Ibtikar (Dinamis, Kreatif dan Integratif); I’tidal (Lurus dan Tegas); Tahaddhur (Berkeadaban); Aulawiyah (Mendahulukan yang Prioritas); dan Tawazun (Berkeseimbangan).
Kedua, memperbanyak kawan dan mengamalkan Ukhuwah Islamiyah. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang kedua ini mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Musawah (Egaliter non Diskriminatif); dan Tasamuh (Toleransi). Ketiga, lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang ketiga mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Tasamuh (Toleransi); I’tidal (Lurus dan Tegas); Tawasuth (Mengambil Jalan Tengah). Keempat, bersifat keagamaan dan kemasyarakatan. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang keempat mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Tahaddhur (Berkeadaban); Islah (Reformasi); Tathawur wa Ibtikar (Dinamis, Kreatif dan Inovatif).
Kelima, mengindahkan segala hukum, undang undang serta dasar dan falsafah negara yang sah. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang kelima ini mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Syura (Musyawarah); Aulawiyah (Mendahulukan yang Prioritas); Tahaddhur (Berkeadaban); I’tidal (Lurus dan Tegas); dan Tawasuth (Mengambil Jalan Tengah). Keenam, amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh tauladan yang baik. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang keenam ini mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti I’tidal (Lurus dan Tegas); Islah (Reformasi); Tathawwur wa Ibtikar (Dinamis, Kreatif dan Inovatif); dan Tahaddhur (Berkeadaban).
Ketujuh, aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang ketujuh mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Islah (Reformasi); Tathawur wa Ibtikar (Dinamis, Kreatif dan Inovatif); dan Tahaddhur (Berkeadaban). Kedelapan, kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang kedelapan ini mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Musawah (Egaliter non Diskriminasi); Tasamuh (Toleransi); Tawazun (Berkeseimbangan); Syura (Musyawarah); dan I’tidal (Lurus dan Tegas).
Kesembilan, membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi allah. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang kesembilan ini mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti Syura (Musyawarah) Aulawiyah (Mendahulukan yang Prioritas); Tasamuh (Toleransi); Musawah (Egaliter non Diskriminasi); Islah (Reformasi); dan Tahaddhur (Berkeadaban). Dan Kesepuluh, bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana. Sifat kepribadian Muhammadiyah yang terakhir ini mengandung aspek Islam Wasathiyah seperti I’tidal (Lurus dan Tegas); Tawazun (Berkeseimbangan); dan Tawasuth (Mengambil Jalan Tengah).
Kesepuluh sifat-sifat Muhammadiyah yang disampaikan oleh Agung Danarto sama sekali tidak bertentangan dengan konsep Islam Wasathiyah yang dikemukanan oleh MUI. Lebih lanjut Agung Danarto menjelaskan bahwa “jika dilihat dari point-point Islam Wasathiyah yang dikonsepkan oleh MUI, itu saya kira semuanya ada dan semuanya sudah masuk. Sehingga karenanya Muhammadiyah masuk dalam golongan Islam Wasathiyah. Kalau Islam Wasathiyah dalam pengertian umat Islam itu sendiri, saya kira Muhammadiyah sudah menjadi Islam Wasathiyah, yaitu Islam yang adil, Islam yang maju, dan Islam yang paling utama” demikian disampaikan oleh Agung Danarto dalam Baitul Arqam yang dihadiri oleh seluruh jajaran pimpinan UNISA Yogyakarta.
Penulis : Dr. M. Nurdin Zuhdi, S.Th.I., M.S.I. (Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam UNISA Yogyakarta)
Ditengah kesibukan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Haedar Nashir., M.Si., menyempatkan diri menghadiri Baitul Arqam Pimpinan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta via Zoom Meeting, Jum’at (04/03). Menyampaikan materi “Kepemimpinan Transformatif Profetik”, yang dimoderatori oleh Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag.,M.A, menjadikan tanya-jawab dengan peserta berlangsung hangat dan seru.
Materi diawali oleh moderator bahwa krisis kepemimpinan saat ini sangat dirasakan. “Banyak orang sekarang yang belum andil baik dalam pemikiran maupun kepemimpinan, gejala-gejalanya bisa dirasakan saat ini,” jelas Muhammad Ikhwan. “Tentunya kegiatan hari ini di Unisa sangat menggunggah untuk kemajuan kedepannya,” terus Muhammad Ikhwan. Pasca pengantar tersebut Haedar Nashir, melanjutkan dan masuk pembahasan materi kepemimpinan.
Dalam pemaparannya Prof. Dr. KH. Haedar Nashir., M.Si., menjelaskan tugas pemimpin memberikan jalan serta memberikan arah untuk orang yang tersesat. Mampu memberikan solusi yang dianggap efektif. Fungsi pemimpin juga disebut direct yaitu memerintah dan melakukan sesuatu yang bersifat langsung. Dari berbagai konsep dasar seperti itu betapa pentingnya pemimpin itu. Ibarat kepala di tubuh kita.
“Kata pepatah ‘ikan busuk dimulai dari kepala’ artinya adalah baik buruknya sebuah bangsa, umat, lingkungan, komunitas, itu semua tergantung kepada pemimpinnya,” jelas Haedar Nashir.
Mengenal kepemimpinan transformatif yang berasal dari kata transform, yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan. Seorang pemimpin dengan tindakannya membawa kearah perubahan sejatinya itulah kepemimpinan transformatif. Kepemimpinan transformatif dan karismatik merupakan hal yang berbeda. Kepemimpinan karismatik adalah apa yang di konstruksikan oleh orang atau masyarakat sebagai karisma, sehingga dengan kata lain pemimpin tersebut biasa saja, namun oleh khalayak ramai ia di agung-agungkan. Tetapi baik pikiran maupun alamiah, kepemimpinan karismatik memiliki daya tarik kepada seseorang untuk mengikuti pemimpin tersebut dan memiliki daya untuk perilaku apa yang diinginkan.
Aspek dari kepemimpinan transformatif terdapat beberapa poin. Pertama, memiliki aspek kreatif yaitu pemimpin melakukan sesuatu diluar cara berfikir orang dalam hal berkarya yang mampu menghasilkan kreasi, orang yang mampu menciptakan hal baru. Kedua yaitu kepemimpinan yang inovatif yang mampu melahirkan terobosan baru dalam ide dan karya-karyanya. Ketiga yaitu kepemimpinan yang bisa melakukan recovery yaitu memperbarui. Contohnya di era pandemi saat ini mencoba melakukan perubahan baru. Keempat, adanya progress yaitu kemajuan yang bisa diukur. “Harapannya di perguruan tinggi kita mampu mengembangkan 4 aspek kepemimpinan ini,” tutur Haedar Nashir.
Kepemimpinan profetik merupakan kepemimpinan kenabian yang berorientasi pada nabi. Proyeksi dari ukhuwah, yaitu proyeksi dari apa yang dilakukan Nabi dalam memimpin dunia. Profesor Haedar juga menjelaskan bahwa ada dua substansi dalam hal tersebut, pertama, dalam menegakkan nilai-nilai agama Islam. Ada nilai metafisik dan nilai agama yang punya potensi Habluminallah dan Habluminannas.
Ada nilai pola perilaku yaitu bagaimana seseorang bertindak yang terpuji dan baik dan tidak berkata yang bersifat mudharat. Nilai ini mampu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga agama bukan hanya dogma ajaran tetapi mengaktual juga. Nabi membuktikan dengan menerapkan nilai-nilai agama Islam. “Hal ini bisa dibuktikan di Unisa dengan makna Islam dan Kemuhammadiyahan di jalankan, tidak hanya internalisasi tapi melimpahkan di institusional Unisa juga,” lanjut Profesor Haedar.
Yang kedua, yaitu dimensi duniawi. Kepemimpinan Profetik juga mengurus Muammalah. Tidak benar ketika pengurus muslim menjadi anti dunia, harus diseimbangkan. Namun caranya berbeda dengan orang yang hanya berorientasi pada dunia. Harus memadukan urusan dunia dan akhirat. Kuncinya adalah Sidiq, Amanah, Tabliq, dan Fatonah.
“Setiap pememimpin itu harus belajar termasuk belajar dari kesalahan dan harus membaca. Sebagai pemimpin perguruan tinggi ikuti perkembangan berita dari media sosial, dari buku, hasil penelitian, dan sebagainya untuk bahan belajar. Kepemimpinan profetik dimulai dari hal kecil sampai hal besar,” Tutup Haedar Nashir.