UNISA Yogyakarta Gelar FGD Bertema Etika Lingkungan dalam Mewujudkan Kesehatan Global: Tantangan dan Solusi
Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta melalui Aisyiyah Center dan Pusat Studi Perempuan Keluarga dan Bencana (PSPKB) kembali menjadi tuan rumah diskusi ilmiah bertaraf internasional dengan menggelar Focussed Group Discussion (FGD) bertema ‘Etika Lingkungan dalam Mewujudkan Kesehatan Global: Tantangan dan Solusi’ di ruang meeting Gedung Siti Moendjiyah, Selasa (19/11/2024). Etika lingkungan dinilai menjadi bagian penting dalam kehidupan.
Wakil Rektor II Bidang Umum dan SDM UNISA Yogyakarta, Dr. Yuli Isnaeni, M.Kep., Sp.Kom., yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya penerapan etika lingkungan mulai dari hal-hal sederhana, seperti pengelolaan limbah. “Etika lingkungan adalah fondasi untuk menciptakan kesehatan global yang berkelanjutan. Dengan pendekatan berbasis nilai, kita dapat menghadapi tantangan masa depan dan menemukan solusi terbaik,” ujar Yuli.
Prof. Dr. Dr. h.c. mult. Christoph Stuckelberger, seorang pakar etika dari Fakultas Teologi yang memiliki spesialisasi di bidang etika ekonomi, etika lingkungan, etika politik, dan etika pembangunan, menjelaskan bahwa etika lingkungan tidak hanya berbicara tentang manusia, tetapi juga mencakup hubungan manusia dengan non-manusia, seperti tumbuhan, hewan, udara, dan air. “Etika pada dasarnya adalah tentang apa yang benar dan salah, baik dan buruk, serta standarisasi kehidupan yang baik. Cabangnya meliputi bioetika, etika komunitas, hingga etika lingkungan,” ungkapnya.
Stuckelberger juga menekankan pentingnya air bersih dan udara bersih sebagai dua elemen utama dalam kesehatan global. Menurutnya, air memiliki nilai sakral dalam berbagai agama, termasuk Islam, yang memandang air sebagai sumber utama kesehatan dan keberlanjutan hidup.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah mengintegrasikan teknologi dengan nilai-nilai agama dalam pengelolaan lingkungan. Misalnya, menggunakan teknologi modern untuk membersihkan air sekaligus bekerja sama dengan berbagai institusi dan perguruan tinggi. “Kendati dunia menghadapi tantangan besar, kita harus tetap berusaha. Bahkan jika dunia akan berakhir, tanamlah pohon. Nilai ini diangkat dari ajaran Islam yang menanamkan harapan dan tindakan nyata,” tambahnya, mengutip hadis Nabi Muhammad SAW:
“Kendatipun hari kiamat akan terjadi, sementara di tangan salah seorang di antara kamu masih ada bibit pohon kurma, maka hendaklah ia menanamnya.” (HR Imam Ahmad).
UNISA Yogyakarta diharapkan dapat terus berkontribusi dalam menyebarkan pemahaman dan praktik etika lingkungan, baik di tingkat lokal maupun global. Kolaborasi dengan organisasi seperti Globethics.net, yang telah aktif selama lebih dari 20 tahun dalam mempromosikan etika lintas bidang, menjadi peluang strategis untuk menciptakan perubahan positif. FGD ini menjadi langkah nyata UNISA Yogyakarta dalam memperkuat perannya sebagai kampus Islami yang peduli terhadap isu-isu global, khususnya kesehatan dan lingkungan.

