Banjir

Bencana banjir mungkin sudah surut, namun bencana kedua kini mengintai kesehatan warga Tapanuli Tengah. Fakta mengejutkan ini diungkap oleh Tim Kemanusiaan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta melalui program DIKTI Berdampak.

Setelah melakukan analisis epidemiologi maraton pada 18–21 Desember 2025 di empat wilayah terdampak Bona Lumban, Tanabolan, Sorkam Kiri, dan Sibuluan Indah tim menemukan lonjakan kasus kesehatan yang mengkhawatirkan. Dari 384 pasien yang diperiksa, mayoritas ternyata kaum perempuan (68%) dan lansia (30%), kelompok yang paling rentan ambruk pasca-bencana.

Fenomena Disaster-Induced Hypertension

Temuan paling mengerikan adalah ancaman Disaster-Induced Hypertension. Data menunjukkan 43% pasien menderita hipertensi. Bahkan, ada 4% pasien yang masuk kategori hipertensi urgensi, sebuah kondisi lampu merah yang berisiko tinggi memicu stroke mendadak dan gagal jantung.

Apa pemicunya? Tim medis menduga kuat adanya korelasi dengan pola makan darurat. Konsumsi mie instan yang berlebihan dari bantuan logistik menyumbang asupan natrium tinggi. Hal ini diperparah dengan stres psikologis berat dan kondisi rumah yang lembap atau basah, memicu tekanan darah meroket tajam.

“Ini fenomena multi-morbidity, di mana satu pasien rata-rata menanggung beban lebih dari satu penyakit sekaligus,” tulis Sofal Djamil dalam laporan tim kemanusiaan UNISA Yogyakarta.

Nyeri Punggung dan Somatisasi Stres

Tak hanya masalah jantung, fisik warga juga kelelahan. Layanan fisioterapi UNISA Yogyakarta mencatat 70% keluhan adalah Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain). Ini akibat kerja keras warga membersihkan lumpur sisa banjir dan posisi tidur yang tidak layak di pengungsian.

Selain itu, tim juga menemukan indikasi somatisasi stres, di mana tekanan batin korban bermanifestasi menjadi rasa sakit fisik seperti sakit kepala hebat dan nyeri otot.

Atas temuan ini, UNISA Yogyakarta mendesak pihak terkait untuk segera menambah stok obat antihipertensi, memperketat sistem triase bagi pasien risiko tinggi, serta mulai mengedukasi warga tentang bahaya konsumsi garam berlebih, meski dalam kondisi darurat sekalipun. Jangan sampai banjir berlalu, stroke datang bertamu.