Kelas kompas

Biro Humas dan Protokol Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta bekerja sama dengan Kompas Institute menghadirkan Kelas Kompas, ruang belajar menulis yang mempertemukan sivitas akademika dengan dunia jurnalisme profesional. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Meeting Lantai 2 Gedung Siti Moendjijah, Rabu (12/11/2025), menghadirkan Wartawan Harian Kompas, Mohamad Final Daeng sebagai pemateri dalam pelatihan bertema ‘Teknis Menulis di Media Online’.

Puluhan sivitas akademika Unisa Yogyakarta mengikuti pelatihan secara interaktif. Selain penyampaian materi, peserta juga berlatih menulis berita di akhir sesi. Empat tulisan pertama bahkan dibedah terbuka, membuat suasana kelas berubah menjadi ajang adu cepat dan mengadu ketajaman menulis.

Kelas Kompas

Dalam pemaparannya, Mohamad Final Daeng menekankan pentingnya unsur faktual, relevansi, dan aktualitas dalam berita. Ia menegaskan, tulisan yang baik bukan sekadar cepat tayang, melainkan kuat dalam data dan tajam dalam sudut pandang. Menurutnya, kekuatan berita bahkan sudah ditentukan sejak pemilihan judul. “Judul adalah janji kita kepada pembaca, dan itu yang harus ditepati,” ujarnya saat pemaparan materi.

Ia juga mengingatkan, wartawan perlu memegang prinsip piramida digital, di antaranya cepat, tepat, dan kuat. Ketepatan menjadi hal utama, sebab kecepatan tanpa akurasi justru menggerus kepercayaan publik terhadap media. Ia menambahkan, pembacaan ulang dan pemilihan diksi penting agar tulisan tetap jernih serta bebas dari kesalahan ketik (typo).

Pelatihan turut menyinggung penerapan Search Engine Optimization (SEO) sebagai strategi memperluas jangkauan berita di media daring. Namun, Final Daeng menegaskan, kualitas konten tetap menjadi prioritas sebelum strategi SEO diterapkan. “Kualitas konten itu prioritas utama, baru kalau viewnya sudah banyak kita bisa coba untuk merambah ke SEO, kalaupun bisa sekalian jalan itu lebih baik,” pungkasnya.

Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Urusan Internasional Unisa Yogyakarta, Moh. Ali Imron, menilai Kelas Kompas sebagai ruang belajar yang memperkaya cara pandang terhadap dunia jurnalistik. Ia menyebut Kompas sebagai media yang konsisten menjaga kedalaman dan akurasi informasi. “Kompas selalu menampilkan narasumber yang kredibel dan tidak terburu-buru dalam memuat berita,” tegasnya.

Kepala Biro Harian Kompas Jateng-DIY, Haris Firdaus menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian ulang tahun ke-60 Harian Kompas. Ia menegaskan, jurnalisme berkualitas tidak bisa dibangun dari pola clickbait dan konten gratis. “Kami membuat berita berlangganan justru agar bisa menjaga mutu jurnalisme,” tuturnya dalam sambutan.

Gizi

Cara lama konsultasi gizi yang kaku dan tatap muka tampaknya bakal segera usang. Menjawab tantangan zaman, Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggebrak dengan Studium General Gizi Masyarakat di gedung Siti Moendjijah, Kamis (30/10/25).

Gizi

Tema yang diusung pun tak main-main: “Digitalisasi Konseling dan Edukasi Gizi”. Ini adalah sinyal kuat bahwa calon ahli gizi masa depan wajib melek teknologi.

Dekan FIKes UNISA Yogyakarta, Dr. Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH, dalam sambutannya blak-blakan soal tujuan acara ini. Menurutnya, teknologi harus dimanfaatkan secara optimal dalam pelayanan gizi agar lebih efektif dan menjangkau lebih banyak orang.

“Melalui studium generale ini, diharapkan mahasiswa akan lebih memahami pentingnya peran mereka sebagai calon ahli gizi,” ujar Dewi.

Ia menegaskan, mahasiswa didorong untuk berkomitmen lebih dalam studi mereka serta “merencanakan langkah-langkah strategis untuk masa depan di saat perkuliahan dan di dunia kerja,” tambahnya.

Keseriusan acara ini terlihat dari antusiasme peserta. Sebanyak 273 peserta hadir secara hybrid (luring dan daring). Uniknya, tak hanya mahasiswa Gizi semester 5, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa dari prodi Anestesiologi.

Untuk membedah tuntas topik digitalisasi ini, UNISA Yogyakarta menggandeng dua narasumber kaliber internasional. Mereka adalah Muhammad Iqbal Basagili, S.Gz., MPH yang merupakan dosen Politeknik Negeri Jember, dan Dr. Mohd Ramadan Ab. Hamid dari Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia. Keduanya mengupas tuntas bagaimana aplikasi, media sosial, dan platform digital bisa menjadi senjata baru ahli gizi dalam memberikan konseling dan edukasi.

Ganjar pranowo

Suasana di ruang sidang gedung Siti Moendjijah Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta tampak bergemuruh pada Jumat (24/10/25). Sosok tokoh penting perpolitikan Indonesia, Ganjar Pranowo, secara khusus didaulat menjadi pembicara utama dalam Kuliah Kebangsaan.

Acara yang digagas oleh Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum) ini mengusung tema seru: “Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat di Era Kontemporer: Refleksi atas Dinamika Sosial Politik di Indonesia.”

Tak pelak, kehadiran Ganjar sukses menyedot antusiasme. Sebanyak 220 peserta dari berbagai program studi di lingkungan FEISHum memenuhi ruangan, siap menyerap ilmu dan pengalaman langsung dari mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut.

Wakil Rektor IV UNISA Yogyakarta, Dr. M. Ali Imron, M.Fis., dalam sambutannya, tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Menurutnya, kehadiran Ganjar bukan sekadar untuk membagikan materi, tetapi juga menularkan pelajaran hidup.

“Para mahasiswa yang hadir bisa mencontoh dan meniru apa yang sudah dilakukan oleh Pak Ganjar agar bisa sukses dalam perjalanan karirnya, terutama dalam konteks Indonesia hari ini,” ujar Imron di hadapan ratusan mahasiswa.

Imron berharap, kuliah kebangsaan ini bisa memantik diskusi kritis yang bermanfaat. “Semoga kuliah kebangsaan diselingi dengan diskusi yang bermanfaat bagi mahasiswa,” tambahnya.

Dalam pemaparannya, Ganjar Pranowo mengupas tuntas sejarah dan praktik demokrasi, tidak hanya di Indonesia sejak era berdirinya negara, tetapi juga membandingkannya dengan implementasi di berbagai negara lain. Sesi ini pun berlangsung interaktif, diwarnai berbagai pertanyaan kritis dari mahasiswa seputar kondisi kebebasan berpendapat saat ini.

Mahasiswa

Bukan sekadar teori, mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta turun gunung membuktikan dampak nyata ke masyarakat. Melalui Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UNISA Yogyakarta, mereka datang ke Kalurahan Logandeng, Kabupaten Gunungkidul, dengan gagasan SILEMPENG, Kamis (09/10/2025).

Ini adalah langkah awal implementasi program BEM Berdampak 2025, yang dirancang sebagai wujud pengabdian lintas disiplin berbasis riset, teknologi tepat guna, dan pemberdayaan berkelanjutan.

Program ini adalah hasil kolaborasi mahasiswa dari delapan program studi berbeda. Mulai dari Bioteknologi, Gizi, Kebidanan, Fisioterapi, Psikologi, Manajemen, Arsitektur, hingga Administrasi Publik, semua bersatu menerapkan ilmunya untuk meningkatkan kapasitas ekonomi, sosial, dan kesehatan warga Logandeng.

Lalu, apa yang mereka bawa? BEM KM UNISA Yogyakarta memamerkan inovasi unggulan yang siap diterapkan. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah RevoPond. Ini adalah sistem akuaponik canggih hemat air yang mengintegrasikan budidaya ikan lele dan tanaman air kaya protein.

Selain itu, mereka juga membawa solusi pangan lokal bergizi tinggi untuk mencegah stunting: pengembangan bubur bayi berbasis tepung daun kelor dan ikan lele. Tak berhenti di situ, masyarakat juga diberi pelatihan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) hingga pelatihan pembuatan pakan mandiri berbasis maggot.

Presiden BEM UNISA Yogyakarta, Lukmannul Hakim, menjelaskan SILEMPENG adalah filosofi gerakan mahasiswa UNISA untuk membangun harmoni antara lembaga, masyarakat, dan pemerintah desa.

“Saya berharap melalui agenda BEM Berdampak, bisa dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat terkhusus di Logandeng,” ujar Lukman optimistis.