Kkn internasional

Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta bersama tiga perguruan tinggi lainnya melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat kolaboratif di Phatthana Kansueksa Munnithi School, Satun, Thailand,Agustus 2025 lalu.  Kegiatan ini menyasar 45 siswi sekolah setara SMP dan SMA, dengan fokus utama pada skrining kesehatan serta edukasi preventif.

Tema pengabdian masyarakat kali ini mencakup pemeriksaan tekanan darah dan skrining anemia. Selain pemeriksaan, para peserta juga mendapatkan edukasi pencegahan anemia serta pendidikan anti-bullying sebagai upaya membangun kesadaran kesehatan fisik dan mental sejak dini.

Kepala Biro Admisi Unisa Yogyakarta, Intan Mutiara Putri menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana kontribusi nyata perguruan tinggi dalam ranah internasional, tetapi juga momentum untuk mengenalkan Unisa Yogyakarta lebih luas. “Kami juga menawarkan program beasiswa bagi siswa-siswi di Thailand yang ingin melanjutkan studi di Unisa Yogyakarta,” ujar Intan, Sabtu (13/9/2025).

Kegiatan pengabdian ini sekaligus menjadi penutup Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional yang berlangsung sejak 4 – 30 Agustus 2025 di wilayah Thailand Selatan. Program ini diikuti oleh mahasiswa dari empat perguruan tinggi, yaitu Unisa Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, dan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto. Para mahasiswa terbagi menjadi 8 kelompok yang ditempatkan di 8 sekolah berbeda.

Unisa Yogyakarta sendiri mengirimkan tiga mahasiswi dari Program Studi S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, dan S1 Gizi untuk mengikuti KKN kolaborasi internasional tersebut. Koordinator Pengabdian Masyarakat dan KKN LPPM Unisa Yogyakarta, Fayakun Nur Rohmah menegaskan bahwa program ini menjadi wujud nyata kolaborasi internasional sekaligus ruang belajar mahasiswa dalam mengimplementasikan ilmu di masyarakat lintas negara.

“Melalui kegiatan ini, Unisa Yogyakarta tidak hanya hadir dalam pemberdayaan masyarakat global, tetapi juga membuka jalan bagi kerja sama pendidikan yang lebih luas, terutama dalam mempererat hubungan antara Indonesia dan Thailand melalui dunia akademik,” ucap Fayakun.

Mahasiswa baru

Haru dan bangga menyelimuti orang tua mahasiswa baru Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Mereka mengaku tidak hanya mempercayakan pendidikan akademik, tetapi juga menitipkan putra-putri mereka untuk diasuh dengan penuh perhatian. Dari berbagai daerah, para orang tua memberikan kesan positif atas penerimaan mahasiswa baru tahun ini, sementara pihak kampus menegaskan komitmennya mencetak generasi unggul.

Salah satu orang tua asal Gorontalo, Yusuf Khalib menceritakan perjuangan anaknya ketika masuk ke Unisa Yogyakarta. Ia menyebut anaknya telah dua kali mendaftar ke Unisa Yogyakarta, dan pada tahun ini berhasil diterima sesuai dengan prodi yang diinginkan. Ia pun mengapresiasi penerimaan Unisa Yogyakarta sejak awal sangat baik.

“Anak saya keterima di Anestesi. Kami berharap bapak ibu dosen bisa mendidik anak kami menjadi seorang anestesiolog profesional. Kami tahu di Unisa Yogyakarta anak kami tidak hanya dididik tapi diasuh,” ujar Yusuf, saat Temu Wali Maba Unisa Yogyakarta, di Convention Hall Unisa Yogyakarta, Sabtu (13/9/2025).

Orang tua dari salah satu mahasiswa baru Psikologi, Nirmala Deti juga memberi kesan baik untuk Unisa Yogyakarta sejak pertama datang. “Bagi kami orang Sumatra sangat luar biasa. Sampai hari ini Alhamdulillah kami sangat yakin menitipkan anak kami di sini. Anak kami tidak hanya mendapat ilmu tapi diasuh,” ucap Nirmala.

Nirmala menyebut bisa lebih tenang menitipkan anaknya di Unisa Yogyakarta. Pasalnya, para dosen juga menganggap para mahasiswa sebagai anaknya sendiri. “Dulu agak ragu, putri dan anak terakhir, tapi karena dosen menjadikan anak kami jadi anak mereka, kami bisa berlapang dada, berlapang hati,” ujarnya.

Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti mengatakan Unisa Yogyakarta menerima semua golongan masyarakat, tidak hanya masyarakat kelas atas. Hal tersebut diwujudkan dengan hadirnya beasiswa untuk mahasiswa berprestasi, namun kurang beruntung secara ekonomi. “Unisa Yogyakarta hadir tidak hanya untuk golongan tertentu, tapi untuk semua golongan,” ujar Warsiti.

Meski terbuka untuk semua golongan, namun Unisa Yogyakarta tetap ketat dalam melakukan seleksi mahasiswa. Pada tahun ini dari total pendaftar 12.331 calon mahasiswa, diterima 2.508 mahasiswa baru. Para mahasiswa yang diterima di Unisa Yogyakarta pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang dari luar negeri.

“Bukan perjuangan mudah, putra-putri bapak ibu telah menjadi pemenang, telah berjuang dengan gigih untuk menang di Unisa Yogyakarta. Ada mahasiswa dari luar negeri, Thailand, Timor Leste, Ghana, Sudan, Nigeria,” ungkap Warsiti.

Kepercayaan para orang tua maupun mahasiswa baru juga tidak lepas dari torehan Unisa Yogyakarta selama ini. Terlebih saat ini Unisa Yogyakarta telah terakreditasi Unggul, yang membuktikan kualitas Unisa Yogyakarta. “Alhamdulillah tidak sampai 8 tahun, Unisa Yogyakarta sudah terakreditasi institusi Unggul,” ucap Warsiti.

Anggota Badan Pembina Harian (BPH) Unisa Yogyakarta, Supriyatiningsih menyebut Unisa Yogyakarta selama ini telah membuka kerja sama tidak hanya di dalam negeri, tapi luar negeri. Termasuk di negara maju seperti Jerman. Ia mengharapkan lulusan dari Unisa Yogyakarta nantinya juga bisa berkiprah membawa nama Unisa Yogyakarta dan Indonesia ke luar negeri.

Supriyatiningsih mengatakan bahwa pihak kampus akan mendukung para mahasiswa untuk bisa menggapai mimpinya. “Kami juga mohon dukungan (orang tua). Kalau sudah masuk ‘pacu jalur’, karena kita membuka pintu awal. InsyaAllah BPH berembuk dengan rektorat, bagaimana kalau pembiayaan bisa gratis,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut juga dihadirkan sesi dialog  dengan pembicara Dosen Psikologi Unisa Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo. Ratna mengangkat tema Peran Orang Tua dalam Membangun Generasi Unggul.

Aec unisa

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ‘Aisyiyah English Club (AEC) Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta kembali menghadirkan inovasi dalam program pengabdian masyarakat melalui kegiatan AEC Goes to School #4. Kegiatan yang resmi dilepas pada periode 2025/2026 ini menjadi bukti dedikasi mahasiswa Unisa Yogyakarta dalam berkontribusi pada pendidikan sekaligus memperkenalkan kampus di ranah sekolah menengah.

Melalui AEC Goes to School #4, mahasiswa Unisa Yogyakarta tidak hanya mengasah keterampilan kepemimpinan, komunikasi, dan pengajaran, tetapi juga turut serta dalam misi kampus untuk membangun kontribusi nyata di masyarakat. Program ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang mempererat hubungan antara Unisa Yogyakarta dengan sekolah-sekolah mitra, sekaligus memperluas inspirasi bagi generasi muda dalam menguasai bahasa internasional.

“Kami merasa bangga bisa ikut berkontribusi langsung dalam meningkatkan minat belajar bahasa Inggris di kalangan siswa SMA. Program ini tidak hanya memberi manfaat bagi mereka, tetapi juga bagi kami sebagai mahasiswa karena bisa belajar mengajar sekaligus memperkenalkan Unisa Yogyakarta secara lebih luas,” ungkap salah satu pengurus UKM AEC, Dea Amalia, Sabtu (13/9/2025).

AEC merupakan wadah pengembangan keterampilan bahasa Inggris bagi mahasiswa Unisa Yogyakarta yang secara konsisten menghadirkan berbagai kegiatan edukatif. Salah satunya adalah AEC Goes to School, sebuah program pengabdian dengan mengirimkan tutor ke sekolah mitra untuk mengenalkan bahasa Inggris dengan metode kreatif, interaktif, dan menyenangkan.

Sejak Batch 1 hingga 3, program ini berfokus pada anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK), dengan pendekatan bermain sambil belajar untuk menumbuhkan minat berbahasa Inggris sejak dini. Namun pada periode 2025/2026, AEC Goes to School mengalami transformasi besar. Program kini menyasar ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan SMAN 1 Gamping sebagai sekolah tujuan. Peserta utama kegiatan ini adalah siswa-siswi anggota English Club sekolah tersebut.

Jadi cuan

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta membawa inovasi kreatif ke Dusun Nogosari 1, Sleman. Pada Jumat (29/8), mereka menggelar “Pelatihan Ecoprint di Totebag Kanvas”, sebuah program untuk memberdayakan warga dengan keterampilan ramah lingkungan yang bernilai ekonomi.

Kegiatan ini bertujuan mengenalkan teknik ecoprint, yaitu metode mencetak motif pada kain menggunakan daun dan bunga alami. Para peserta, yang didominasi ibu-ibu, diajak langsung praktik mulai dari memilih daun, menatanya di atas tas kanvas, hingga teknik memukul perlahan untuk memindahkan corak alami ke kain.

Warga tampak antusias saat melihat dedaunan di sekitar mereka bisa diubah menjadi motif-motif cantik pada totebag. Mereka tidak hanya belajar, tetapi juga langsung membawa pulang hasil karya masing-masing.

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., M.K.M., mengatakan bahwa pelatihan ini lebih dari sekadar kegiatan seni. Menurutnya, ecoprint membuka peluang ekonomi kreatif bagi warga.

“Melalui ecoprint, masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya alam di sekitar menjadi produk bernilai jual. Harapannya, ini dapat menjadi alternatif usaha kecil bagi warga,” ujar Ririn.

Kepala Dukuh Nogosari 1, Fitri Ningsih, turut mengapresiasi program ini. Ia berharap keterampilan baru ini bisa dikembangkan menjadi usaha bersama di kemudian hari. Inisiatif mahasiswa KKN UNISA Yogyakarta ini menjadi bukti nyata bahwa pemberdayaan masyarakat bisa dimulai dari hal-hal sederhana di lingkungan sekitar.

Angka cerai

Prihatin dengan tingginya angka perceraian, tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta turun tangan. Mereka melatih 20 ibu-ibu dari Cabang ‘Aisyiyah Dukun, Magelang, untuk menjadi Kader Keluarga Sakinah Berencana (KKSB).

Kegiatan bertajuk Training of Trainer (TOT) yang digelar pada Sabtu (5/9) ini bertujuan membekali para kader dengan keterampilan untuk mendampingi masyarakat, khususnya pasangan yang menikah di usia muda, guna mencegah perceraian.

Ketua Tim PKM, Dr. Yuli Isnaini, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat., mengungkapkan bahwa Kecamatan Dukun dipilih karena data perceraian di wilayah tersebut cukup tinggi. Menurutnya, pernikahan dini tanpa persiapan matang menjadi salah satu faktor utama pemicu keretakan rumah tangga.

“Generasi muda menjadi target utama karena banyak kasus pernikahan dini dengan usia yang kurang persiapan dan minim pendampingan. Hal tersebut menjadi faktor utama tingginya angka perceraian,” jelas Yuli dalam keterangannya.

Para kader KKSB ini diharapkan menjadi agen perubahan yang aktif membina kelompok rentan. Setelah pelatihan ini, program akan dilanjutkan dengan pembentukan Komunitas Keluarga Sakinah Berdaya (KKSB) dan pendampingan berkelanjutan.

Mahasiswa yang terlibat, Khoirul Wildan, mengaku mendapat wawasan baru dari kegiatan ini.

“Meskipun kami belum berkeluarga, wawasan kami semakin terbuka tentang cara membangun keluarga sakinah di masa depan,” ujarnya.

Inisiatif ini merupakan langkah nyata UNISA Yogyakarta untuk memperkuat ketahanan keluarga dan menekan angka perceraian di tingkat akar rumput.