Pos

Pelatihan kesehatan

Tim Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta sukses melaksanakan program pengabdian di Dukuh Jagulan, Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah. Program yang ada yaitu berjudul ‘Pembentukan PONCEL PEKANRAYA (Pojok Center Konseling Pencegahan Kanker Payudara) pada Kelompok Ibu PKK Sidomakmur Dukuh Jagulan Tahun 2025’.

Tim yang menginisiasi program ini terdiri dari dosen dan mahasiswa Prodi Keperawatan dan Ilmu Komunikasi. Kegiatan ini merupakan hasil hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) sejak Minggu (27/7/2025) – Minggu (31/8/2025).

Program PKM ini diisi dengan beragam pelatihan. Seperti halnya pelatihan pencegahan kanker payudara yang diisi oleh Dwi Sri Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep dan Diah Nur Anisa, S.Kep. Ns. M.Kep. Kegiatan ini menyasar kalangan remaja, kelompok ibu PKK, serta kader bapak.

Program ditujukan untuk menyiapkan kader yang paham tentang skrining risiko kanker payudara dan konseling healthy lifestyle pencegahan kanker payudara. Pelatihan juga meliputi demonstrasi pencegahan kanker payudara dengan teknik pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Kader diharapkan dengan mandiri bisa membantu melakukan skrining dan konseling atas risiko kanker payudara di lingkungan sekitar.

Setelah itu tim kemudian membangun ruang PONCEL PEKAN RAYA. Ruang ini menjadi pusat pelaksanaan skrining dan konseling pencegahan kanker payudara kelompok ibu di dukuh Jagulan. Dengan hadirnya PONCEL PEKAN RAYA, kelompok ibu di dukuh Jagulan diharapkan 100% terskrining terhadap risiko kanker payudara.

Selain itu, tim PKM Unisa Yogyakarta juga memberikan pelatihan pemasaran telur asin melalui online shop kepada kelompok pengusaha telur asin dan ibu-ibu di dukuh Jagulan. Pelatihan ini diisi oleh Hari Akbar Sugiantoro S.I.Kom., M.A. Melalui pelatihan ini, ibu-ibu dan pengusaha telur asin di dukuh Jagulan diarahkan untuk bisa membentuk dan mengoperasikan online shop untuk pemasaran telur asin.

Tidak hanya itu, pelaksanaan PKM ini turut menghadirkan pelatihan produksi batik ecoprint. Pada materi ini peserta yang terdiri dari ibu-ibu PKK diajarkan membuat mandiri inovasi kain batik dengan memanfaatkan pigmen warna dan bentuk alami dari tumbuhan, seperti daun, bunga, atau batang, yang dipindahkan ke kain menggunakan proses seperti direbus, dikukus, atau dipukul.

Sebagai penutupan dan perpisahan, tim PKM Unisa Yogyakarta kemudian diundang untuk meramaikan karnaval perayaan Agustusan desa setempat. Pada kegiatan ini PKM Unisa Yogyakarta hadir dengan memperagakan tim kesehatan. Pada acara yang sama, ibu-ibu peserta pelatihan dari PKK Sidomakmur dukuh Jagulan turut serta dengan mengenakan kain batik ecoprint yang mereka produksi mandiri.

Ketua PKK Sidomakmur dukuh Jagulan, Simisri Lestari mengaku bahwa ia dan teman-teman sangat senang atas pelatihan kesehatan dan ekonomi dari Unisa Yogyakarta. “Selama mengikuti pelatihan saya mendapatkan banyak ilmu yang sangat bermanfaat untuk saya dan ibu-ibu PKK dukuh Jagulan. Semoga ibu-ibu PKK dapat mengambil ilmu yang sudah didapat melalui kemitraan bersama Unisa Yogyakarta,” ujar Simisri Lestari.

Sementara itu, Ketua pelaksana PKM Unisa Yogyakarta, Dwi Sri Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep mengharapkan pelaksanaan pengabdian ini bermanfaat terutama bagi warga dukuh Jagulan dalam peningkatan kesejahteraan kesehatan, sehingga tercegah dari kanker payudara dan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Disamping itu, dosen yang akrab disapa Dwi itu menyebut pengabdian ini pun bermanfaat bagi mahasiswa karena bisa mempraktikkan langsung ilmu yang ia pelajari di bangku perkuliahan.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Dukuh Jagulan, terutama Ibu-Ibu PKK Sidomakmur yang telah berkenan menjadi mitra program ini. Kami tidak lupa berterima kasih kepada  Kemendiktisaintek yang telah memberikan hibah untuk penyelenggaraan pengabdian masyarakat ini,” ucap Dwi.

Mp asi

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta membawa solusi praktis untuk melawan stunting di Gunung Kidul. Melalui program pemberdayaan di Posyandu Siyono Kulon, Kelompok 13 KKN ini menggelar praktik pembuatan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang bergizi, lezat, dan ramah di kantong.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan keterampilan para ibu dalam menyiapkan makanan sehat untuk buah hati mereka. Mahasiswa menunjukkan bahwa makanan bergizi tidak harus mahal. Dengan memanfaatkan bahan pangan lokal seperti kentang, tempe, hati ayam, dan sayuran, para ibu diajak langsung memasak MP-ASI yang disesuaikan untuk berbagai tahapan usia anak, mulai dari 6 hingga 24 bulan.

“Kami ingin membantu ibu-ibu agar lebih percaya diri dalam menyiapkan MP-ASI, dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang sederhana, murah, tetapi tetap memenuhi kebutuhan gizi anak,” ujar Gema ketua kelompok 13 KKN UNISA Yogyakarta.

Selain praktik memasak, mahasiswa juga memberikan penyuluhan lengkap, mulai dari pemilihan bahan, teknik pengolahan yang benar, hingga cara penyajian yang menarik agar anak lahap makan. Para peserta tampak antusias dan aktif bertanya, membuktikan bahwa edukasi semacam ini sangat dibutuhkan.

“Biasanya bingung mau kasih makan apa ke anak, tapi setelah praktik ini jadi lebih paham. Ternyata bahan sehari-hari bisa diolah jadi makanan bergizi,” ungkap Murti, salah satu peserta.

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Niken Anggraini, M.Tr.Kep, mengapresiasi inisiatif ini sebagai wujud nyata sinergi kampus dan masyarakat. Menurutnya, program ini tidak hanya memberi dampak langsung dalam pencegahan stunting, tetapi juga melatih mahasiswa menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Dengan bekal ilmu ini, para ibu di Siyono Kulon diharapkan lebih mandiri dan kreatif dalam memenuhi gizi anak-anak mereka.

Kampus inklusif

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam menciptakan lingkungan kampus inklusif yang adil dan terbuka bagi semua. Melalui kolaborasi dosen dan mahasiswa, UNISA Yogyakarta menggelar pelatihan bertajuk “Uji Efektivitas Penilaian Gender Disabilitas Sosial Inklusi (GEDSI)” pada Kamis (28/8/2025).

Kegiatan ini secara khusus menyasar para pemimpin masa depan, yaitu 14 kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dari tiga komisariat yang mewakili Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum), serta Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Tujuannya adalah membekali para kader IMM sebagai perpanjangan tangan persyarikatan untuk memahami dan mengadvokasi isu kesetaraan gender, hak disabilitas, dan budaya sosial yang inklusif.

Pelatihan dibuka dengan sesi materi yang mencerahkan dari Dr. Siti Khotimah, SST.,Ft., M.Fis. Beliau menekankan bahwa disabilitas bukanlah sekadar isu medis, melainkan fenomena sosial.

“IMM sebagai organisasi kemahasiswaan dipercaya mampu menyebarkan nilai toleransi dan kesetaraan, serta harus dapat mendukung mahasiswa difabel agar lebih percaya diri menyuarakan kebutuhan mereka,” jelas Khotim.

Sesi selanjutnya diisi oleh Dr. Islamiyatur Rokhmah, M.S.I., yang mengupas tuntas perbedaan mendasar antara seks (biologis) dan gender (konstruksi sosial). Ia juga membahas berbagai bentuk ketidakadilan gender dan strategi praktis untuk mewujudkan budaya inklusi di lingkungan sekitar.

Untuk menguji pemahaman, para peserta tidak hanya mengerjakan pre-test dan post-test, tetapi juga terlibat aktif dalam Forum Group Discussion (FGD). Dalam diskusi kelompok, para kader secara interaktif membahas studi kasus nyata mengenai isu gender dan inklusi sosial. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mencetak agen perubahan yang siap membangun kampus UNISA Yogyakarta yang lebih ramah dan setara bagi semua.

Raih pendanaan

Kabar membanggakan datang dari lingkungan akademis Yogyakarta. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan lolos sebagai salah satu penerima pendanaan dalam program bergengsi “Mahasiswa Berdampak: Pemberdayaan Masyarakat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa” Tahun Anggaran 2025.

Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Kepastian ini tertuang dalam surat keputusan resmi Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan yang dirilis pada 7 September 2025.

Inovasi yang diusung oleh BEM KM UNISA Yogyakarta adalah program bertajuk “SI-LEMPENG: Sinergi Lele Mandiri dan Pangan Bergizi untuk Pencegahan Stunting di Kalurahan Logandeng”. Program yang diketuai oleh Bdn. Yekti Satriyandari, S.ST., M.Kes., ini dirancang sebagai solusi konkret untuk memberdayakan masyarakat melalui intervensi gizi dan penguatan ketahanan pangan lokal.

Presiden Mahasiswa BEM KM UNISA Yogyakarta, Lukmannul Hakim, menyambut kabar gembira ini dengan penuh syukur dan rasa tanggung jawab. Menurutnya, pencapaian ini adalah bukti kepercayaan Kemdiktisaintek terhadap kapasitas mahasiswa dalam menciptakan perubahan.

“Kelolosan ini bukan sekadar penghargaan, melainkan tanggung jawab besar untuk menghadirkan perubahan nyata di masyarakat. Tim kami akan bekerja kolaboratif dengan warga, pihak kampus, dan mitra lokal untuk memastikan SI-LEMPENG berdampak dalam pencegahan stunting dan peningkatan akses pangan bergizi,” ujar Lukman.

Dukungan penuh juga datang dari pihak kampus. Yekti Satriyandari, yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Kemahasiswaan UNISA Yogyakarta, menegaskan kesiapan institusi untuk mengawal implementasi program.

“Universitas memberikan dukungan penuh, mulai dari pendampingan akademik hingga penyusunan laporan teknis. Kami akan memastikan semua mekanisme pelaporan sesuai ketentuan dan mengedepankan keterlibatan dosen serta masyarakat sebagai bagian integral program,” tegas Yekti.

Keberhasilan ini membuka jalan bagi mahasiswa UNISA Yogyakarta untuk mengaplikasikan ilmu mereka secara langsung. Program SI-LEMPENG diharapkan tidak hanya efektif menekan angka stunting di Logandeng, tetapi juga menjadi model kolaborasi inspiratif antara kampus dan komunitas yang bisa direplikasi di daerah lain.

berprestasi

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta patut berbangga dengan kiprah para dosennya yang terus berprestasi dan menginspirasi. Salah satunya adalah Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M, dosen Program Studi D4 Keperawatan Anestesiologi. Sosoknya dikenal bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sahabat yang selalu hadir bagi para mahasiswa.

Sejak bergabung pada tahun 2018, Nia memaknai profesinya sebagai perjalanan panjang yang tak pernah berhenti untuk belajar. Baginya, seorang dosen tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu, melainkan juga menjadi pendamping dalam setiap proses perkembangan mahasiswa. “Bagi saya, menjadi dosen bukan hanya tentang menyampaikan ilmu, tetapi juga menemani mahasiswa dalam setiap proses belajarnya. Saya ingin mahasiswa merasa bahwa mereka tidak berjalan sendirian,” ungkapnya.

Dalam kesehariannya, Nia berusaha memahami karakter generasi baru, menyesuaikan cara mengajar, dan merangkul mahasiswa agar merasa dekat dan didukung. Ia bahkan sering mengibaratkan perjalanan hidup layaknya mendaki gunung: meski jalannya terjal dan penuh tantangan, keindahan di puncak akan membayar semua lelah. Filosofi ini pula yang ia terapkan dalam dunia akademik, baik saat membimbing mahasiswa maupun ketika menjalani penelitian.

Tidak hanya fokus mengajar, Nia juga aktif berkarya melalui riset. Ia berhasil meraih berbagai hibah penelitian, mulai dari Kemendikbudristek, Riset Muhammadiyah, hingga hibah internal universitas. Beberapa hasil penelitiannya juga telah dipublikasikan dalam jurnal bereputasi nasional, yang menunjukkan konsistensinya dalam memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Lebih dari sekadar prestasi akademik, Nia Handayani ingin menanamkan pesan sederhana namun dalam bagi siapa pun yang ia temui. “Hidup bukan tentang menjadi sempurna, tetapi tentang bagaimana kita bisa terus belajar, berkembang, dan memberi manfaat bagi sesama. Jadilah versi terbaik dari dirimu,” tuturnya.

Dedikasi dan semangat yang ia tunjukkan menjadikan Nia Handayani sebagai salah satu dosen inspiratif UNISA Yogyakarta, yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga memberi dampak nyata bagi mahasiswa, kampus, dan masyarakat.