Pos

Sumpah profesi

Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta kembali menggelar  prosesi Sumpah Profesi Kesehatan bagi lulusan Program Profesi Ners, Bidan, Fisioterapis, Penata Anestesi, Tenaga Laboratorium Medik, dan Radiografer, di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan Unisa Yogyakarta, Jumat (3/10/2025). Sumpah profesi menjadi awal pengabdian 714 lulusan, di tengah masyarakat.

Dalam laporannya, Dekan FIKes Unisa Yogyakarta, Dr. Dewi Rokhanawati, MPH, menyampaikan kebanggaannya atas capaian para lulusan. Menurutnya, sumpah profesi bukan hanya penanda akhir perjalanan akademik, melainkan awal dari pengabdian di tengah masyarakat, bangsa, dan dunia global. Ia juga menegaskan komitmen Unisa Yogyakarta untuk terus mengembangkan program studi di tingkat magister dan profesi sebagai upaya mencetak tenaga kesehatan yang kompeten, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Rektor Unisa Yogyakarta, Dr. Warsiti, M.Kep., Sp.Mat., dalam sambutannya menegaskan bahwa jumlah lulusan tahun ini menjadi catatan istimewa. “Hari ini tercatat 714 peserta yang dilantik, terdiri atas 309 dari jenjang profesi dan 405 dari jenjang vokasi. Angka ini tidak hanya menunjukkan besarnya jumlah lulusan, tetapi juga semangat luar biasa dari generasi baru tenaga kesehatan yang siap mengabdi bagi masyarakat,” ungkapnya.

Warsiti juga menyoroti prestasi akademik lulusan yang membanggakan. Rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) berada pada rentang 3,96–3,98, menandakan mutu akademik yang tinggi dan kompetitif. Lebih lanjut, capaian Uji Kompetensi Nasional (UKOMNAS) periode ini patut diapresiasi. Profesi Anestesi meraih hasil tertinggi dengan 98,61%, disusul Profesi Bidan 97,47%, Ners 96,03%, Fisioterapis 96,47%, Radiologi 94,32%, dan Teknologi Laboratorium Medik 91,04%.

Warsiti mengingatkan bahwa sumpah profesi bukanlah sekadar prosesi seremonial, melainkan ikrar moral dan spiritual yang mengikat setiap lulusan. “Mulai hari ini, saudara semua tidak hanya membawa gelar, tetapi juga amanah besar untuk mengabdikan diri demi kemanusiaan. Integritas, profesionalitas, dan empati harus senantiasa menjadi pedoman dalam menjalankan tugas,” pesannya.

Ia juga menyinggung tantangan kesehatan global yang semakin kompleks, mulai dari double burden disease (penyakit menular dan tidak menular yang meningkat secara bersamaan) hingga perubahan demografi yang menuntut layanan kesehatan komprehensif. Selain itu, era digitalisasi dengan hadirnya artificial intelligence, telemedicine, dan big data kesehatan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi tenaga kesehatan. “Namun, secanggih apa pun teknologi, masyarakat tetap membutuhkan empati, komunikasi yang baik, dan integritas moral,” tegasnya.

Warsiti menutup sambutannya dengan tiga pesan penting bagi lulusan: menjaga integritas dan etika profesi, terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan ilmu, serta membangun kolaborasi lintas profesi. Ia mengaitkan hal tersebut dengan firman Allah SWT dalam beberapa ayat Al-Qur’an yang menekankan pentingnya menepati janji, menuntut ilmu, dan tolong-menolong dalam kebaikan.

Prosesi sumpah profesi ini dihadiri jajaran pimpinan Unisa Yogyakarta, perwakilan organisasi profesi, para dosen, serta keluarga lulusan. Momen ini tidak hanya menandai keberhasilan akademik, tetapi juga menjadi awal perjalanan para tenaga kesehatan muda untuk mengabdi dengan penuh dedikasi bagi masyarakat, bangsa, dan umat manusia.

Sarjana keren

Fasilitas ‘SARJANA KEREN’ di Lapas Kelas IIB Sleman yang tadinya kurang termanfaatkan, kini disulap menjadi pusat terapi inovatif oleh mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Sasarannya adalah para warga binaan lanjut usia (lansia) agar kualitas hidupnya meningkat, Kamis (04/09/2025).

‘SARJANA KEREN’ sendiri merupakan singkatan dari Sarana Jalan Kelompok Rentan, sebuah area khusus di dalam lapas. Melihat fasilitas ini belum terpakai secara optimal, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UNISA Yogyakarta turun tangan dengan ide cemerlang.

Mereka menerapkan metode Cognitive Motor Dual Task (CMDT) yang dikemas dalam bentuk Exercise Game Therapy (EGT). Sederhananya, para lansia diajak melakukan latihan fisik sambil diberi stimulasi otak, seperti berjalan sambil menghitung atau menjawab pertanyaan ringan, semuanya dalam format permainan yang seru.

Dosen Pembimbing tim, Hilmi Zadah Faidullah M.Sc. PhD (PT), menjelaskan bahwa kunci dari program ini adalah pemanfaatan sarana yang sudah ada secara kreatif.

“Kami ingin menunjukkan bahwa sarana sederhana bisa memberi dampak besar jika dimanfaatkan dengan metode yang tepat. Warga binaan lansia tidak hanya bergerak, tetapi juga melatih otak dan berinteraksi,” ujar Hilmi.

Hasilnya terbukti positif. Setelah program berjalan dua bulan, para lansia mengaku merasa lebih segar, tidak jenuh, dan lebih termotivasi. Inovasi mahasiswa ini berhasil mengubah sarana yang ‘nganggur’ menjadi sumber kebugaran dan kebahagiaan bagi para napi lansia.

Wisuda

Jelang prosesi wisuda pada 4 Oktober mendatang, Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta ‘menggembleng’ 1.130 calon alumninya. Mereka diwajibkan mengikuti acara “Pembekalan Alumni dan Pengembangan Karir 2025” yang digelar di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan, Selasa (30/9).

Acara ini bukan sekadar formalitas. Pihak kampus secara khusus mendatangkan sejumlah narasumber kompeten untuk memberikan bekal tambahan bagi para calon wisudawan agar tak kaget saat memasuki dunia kerja yang kompetitif.

Koordinator Pemberdayaan Alumni, Rosiana Nur Imallah, S.Kep.,Ns.,M.Kep., atau yang akrab disapa Oci, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah menyiapkan mental dan keterampilan para lulusan. Menurutnya, ijazah saja tidak cukup untuk bersaing.

“Kegiatan ini untuk menyiapkan lulusan menghadapi persaingan di dunia kerja, serta memotivasi mereka untuk siap bersaing,” ujar Oci.

Mengusung tema “Mencetak Alumni Sukses, Unggul, Berkarakter dan Profesional”, para calon wisudawan dari seluruh fakultas ini dibekali berbagai materi penting. Mulai dari strategi membangun karir, tips menghadapi wawancara kerja, hingga pentingnya menjaga karakter dan profesionalisme di lingkungan kerja.

Dengan pembekalan ini, UNISA Yogyakarta berharap para alumninya tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki daya saing tinggi dan siap menjadi profesional yang berkontribusi nyata di masyarakat.

Imm

Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Rosyad Sholeh di Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta resmi memiliki nahkoda baru. Dalam pelantikan yang digelar Minggu (28/9), Ketua Umum terpilih periode 2025–2026, Zahid Rahiman, langsung memberikan pesan ‘menusuk’ kepada jajarannya.

Acara yang berlangsung khidmat di Gedung Siti Moendjijah UNISA Yogyakarta ini bukan hanya seremonial pergantian pengurus. Zahid dalam sambutan perdananya menegaskan bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab kolektif dan memperingatkan kadernya agar tidak menjadi generasi yang lemah dalam tiga aspek utama: religiusitas, intelektualitas, dan humanitas.

“Generasi yang miskin religiusitas akan mudah terjebak krisis moral. Miskin intelektual hanya akan jadi konsumen informasi tanpa gagasan kritis. IMM dituntut kaya akan ketiganya agar mampu berkontribusi nyata,” tegas Zahid.

Pesan tajam juga datang dari Pembina IMM Rosyad Sholeh, Safrilul Ulum. Ia mengibaratkan ilmu tanpa aksi seperti memasak nasi di rice cooker tapi lupa menekan tombolnya. “Tidak akan matang. IMM harus memberi makna, bukan sekadar warna,” pesannya.

Selain pelantikan, acara ini juga menjadi momen peluncuran majalah “Kaleidoskop Jejak Pemikiran Kader”. Majalah ini merupakan kumpulan karya tulis kader periode sebelumnya, sebagai bukti komitmen IMM untuk menumbuhkan tradisi literasi dan budaya intelektual.

Dengan kepemimpinan baru dan semangat literasi yang digelorakan, IMM Rosyad Sholeh diharapkan dapat terus menjadi wadah yang melahirkan kader-kader berdampak bagi umat dan bangsa.

hafidz

Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung mahasiswa berprestasi baik di bidang akademik maupun non-akademik melalui program Beasiswa Hafidz. Salah satu penerima beasiswa tersebut adalah Zuhud Abdillah, mahasiswa baru Program Studi Teknologi Informasi yang berasal dari Kota Dumai, Provinsi Riau.

Zuhud resmi memulai perkuliahan pada September 2025 setelah mengikuti masa ta’aruf (Mataf) pada 10 September dan masuk kuliah perdana pada 22 September. Baginya, menjadi mahasiswa Teknologi Informasi di Unisa Yogyakarta merupakan kesempatan kedua untuk mendalami minatnya di bidang teknologi, khususnya pemrograman komputer.

“Saya suka dengan kode program, dan merasa tertantang untuk bisa menyelesaikan error pada kode tersebut,” ungkap Zuhud, Selasa (30/9/2025).

Sejak duduk di bangku SMP, Zuhud sudah mengenal hafalan Al-Qur’an meski awalnya belum konsisten. Perubahan besar terjadi saat ia duduk di bangku SMK. Ia mengikuti tahsin dan berhasil menyelesaikan hafalan 2,5 juz. Setelah lulus, tekadnya semakin kuat hingga menempuh program tahfidz dua tahun di Rumah Qur’an Al Yusra Pekanbaru dan melanjutkan setahun di Pondok Qur’an Boyolali, Jawa Tengah.

“Motivasi saya adalah ketenangan saat melantunkan Al-Qur’an, serta dorongan dari hadits Rasulullah SAW tentang keutamaan seorang hafidz yang bisa meninggikan derajat orang tuanya,” ujarnya.

Zuhud mengaku sangat bersyukur saat dinyatakan lolos sebagai penerima Beasiswa Hafidz Unisa Yogyakarta. Beasiswa ini tidak hanya membebaskannya dari biaya kuliah, tetapi juga memberinya kesempatan tinggal di lingkungan Masjid Walidah dan dipercaya menjadi imam pengganti.

“Beasiswa ini adalah akses dari Allah untuk menggapai mimpi saya. Bagi saya ini adalah amanah: tetap menjaga hafalan Qur’an sambil fokus meraih prestasi akademik,” jelasnya.

Selain meringankan beban finansial, beasiswa ini membuatnya lebih fokus belajar tanpa harus memikirkan biaya kuliah. Ia bahkan menuliskan cita-cita itu jauh hari sebelumnya di buku kecilnya.

Dalam kesehariannya, Zuhud konsisten menjaga hafalan dengan muraja’ah minimal dua juz setiap hari. Biasanya ia melakukannya setelah Subuh, atau membaginya di sela waktu sholat wajib. Meski disibukkan dengan tugas dan praktikum Teknologi Informasi, ia berusaha menyeimbangkan keduanya.

Tantangan terbesarnya, kata Zuhud, adalah menjaga lingkungan pergaulan agar tidak menjauhkannya dari nilai-nilai Al-Qur’an. Ia juga terinspirasi dari tokoh-tokoh Muslim seperti Ibnu Sina, Imam Al-Ghazali, dan Al-Khawarizmi yang membuktikan bahwa ilmu dunia bisa dipelajari tanpa meninggalkan agama.

Sebagai mahasiswa sekaligus hafidz, Zuhud berpesan kepada teman-teman untuk tidak mudah terbawa arus tren yang belum tentu membawa kebaikan. Ia berharap setelah lulus dapat melanjutkan studi S2 di luar negeri, baik di Eropa maupun Asia, sembari berperan aktif dalam komunitas dakwah anak muda Muslim. “Unisa Yogyakarta adalah ruang untuk bermimpi, berproses, dan mewujudkan cita-cita dengan nilai-nilai Islam,” ungkapnya.

Menutup kisahnya, Zuhud menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada keluarga, dosen, serta Unisa Yogyakarta. “Saya hanya bisa mendoakan agar Unisa Yogyakarta semakin berkembang dan menjadi contoh bagi universitas lainnya. Saya pun akan berusaha belajar sebaik-baiknya di sini dan memberikan manfaat untuk orang lain,” tutupnya.