Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas `Aisyiyah Yogyakarta menyelenggarakan webinar, Sabtu (27/06).

Webinar dengan tema Arah Baru Pembangunan Daerah Menghadapi Tatanan Kehidupan Baru (New Normal) dilakukan secara daring melalui media Zoom, dengan menghadirkan Ir. Susyanto Tunut, MM (Asisten Pemerintahan dan Kesra) sebagai narasumber bersama dengan Gerry Katon Mahendra, S.IP.,M.I.P selaku kaprodi Administrasi Publik Unisa Yogya sebagai narasumber ke 2.

Tatanan kehidupan baru atau new normal menjadi wacana yang digulirkan pemerintah untuk memulihkan produktivitas masyarakat dan membuat kondisi perekonomian kembali bergairah. Menurut Gerry untuk menghadapi New Normal inovasi sangat diperlukan karena sebuah inovasi itu yang akan membantu kita dalam situasi seperti ini.

“Inovasi yang perlu dilakukan yaitu berupa inovasi tata kelola pemerintah daerah, inovasi pelayanan publik serta inovasi lainya yang menjadi kewenangan pemerintyah daerah,” tutur Gerry.

Sedangkan Susyanto menyampaikan bahwa Kabupaten Muratara dalam menghadapi New Normal telah menerbitkan beberapa kebijakan karena terkait mengenai beberapa target kebijakan pembangunan, dan salah satunya mengenai kebijakan APBD.

“Kami telah melakukan refocusing dan relocating untuk reorientasi anggaran pada sektor- sektor yang di prioritaskan, sedangkan untuk program yang tertunda akan diretrurisasi pada tahun 2021,” ucap Susyanto.

Kegiatan yang dihadiri 500 peserta ini membuka sesi tanya jawab dari peserta yang mengikuti webinar dengan para narasumber di akhir acara.

Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas `Aisyiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ranting Unisa Yogyakarta mengadakan webinar kebidanan, Senin (29/06).

Webinar kebidanan ke- 1 ini mengusung tema Manajemen Stress Pada Tenaga Kesehatan Selama Pandemi Covid-19,   adapun pembicara dalam webinar ini yaitu Prof. Linda McGowan dari Leeds University UK, dan juga Sutarni Djufri, S.ST., MMR yang merupakan alumni Unisa Yogya dan sekaligus tenaga medis di Puskesmas Pleret Bantul.

Dalam kesempatan kali ini Sutarni berbagi pengalamanya selama pelayanan di tengah situasi pandemi Covid-19 di Puskesmas Pleret Bantul, menurut Sutarni pada kondisi seperti ini banyak masyarakat takut untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit karena ketidak percayaan masyarakat kepada para tenaga kesehatan, serta ketakutan mereka akan tertular virus corona.

“Saat penyuluhan kepada masyarakat mengenai virus corona, tidak sedikit dari mereka yang menolak dan menentangnya, tetapi itu tidak membuat kami patah semangat karena kami ada ditengah masyarakat untuk membantu mereka,” ucap Sutarni.

Sutarni dan tim medis lainya mempunya komitmen bahwa semua yang mereka lakukan dengan senang hati dengan prinsip mengutamakan kepentingan dan keselamatan masyarakat.

Sedangkan Prof. Linda memberikan paparanya kepada peserta bahwa pekerjaan bidan didalam masa pandemi ini merupakan suatu hal atau kondisi yang baru untuk kita semua, karena para bidan bekerja dibawah bayang- bayang infeksi penyakit yang sangat menular.

“Wajar jika beberapa dari kita merasakan stress yang luar biasa, dan distress emosi lebih dari biasanya pada saat pelayanan,” tutur Linda.

Linda menambahkan bahwa ada tips merawat diri dan psikologis kita sebagai tenaga kesehatan selama pandemi yaitu dengan cara kita mengatasi masalah yang sudah pernah kita alami sebelumnya, menceritakan masalah dengan keluarga dekat maupun teman, dan yang terakhir dengan melakukan apa yang kita sukai seperti hobi, baik dengan berolahraga maupun sesuatu yang menyenangkan.

Webinar ke-1 ini dihadiri oleh 500 peserta di media Zoom, dan juga disaksikan oleh 19000 melalui media streaming Youtube Unisa Yogyakarta.

Dosen Arsitektur Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Indah Pujiyanti, M.Sc, di masa new norml ini berbagi konsep guidline design berbasis kesehatan. Hal tersebut disampaikan dalam diskusi bertajuk “Architect as a Mayor in Indonesian Cities: What’s Impact on Urban Design Policy?” yang diselenggarakan oleh Architecture 04 Connection bekerja sama dengan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (UII), UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Aisyiyah (Unisa) serta Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), pada Kamis (25/5).

Indah Pujiyanti, M.Sc, menjelaskan bahwa desain perkotaan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh dalam peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Panduan Arsitektur Bangunan Baru Bernuansa Budaya Daerah. Selain itu, juga diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/ PRT/ M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

Himbauan mencuci tangan sebagai langkah pencegahan Pandemi Covid-19 telah menimbulkan kebiasaan baru, yaitu munculnya berbagai macam tempat cuci tangan portable. Tidak jarang tempat cuci tangan ini menggunakan barang seadanya seperti tempat minum, tempat makanan dan sebagainya. Indah Pujiyanti berpendapat munculnya tempat-tempat cuci tangan portable di ruang publik juga harus memperhatikan kelayakan terutama dalam hal kesehatan.

“Tempat cuci tangan idealnya bersifat permanen, sesuai karakter lokal, dan lebih baik lagi jika penggunaannya tanpa sentuhan.” Jelasnya.

Lain hanya pada bangunan. Tempat cuci tangan pada bangunan menurut Indah, wajib ada di setiap pintu masuk utama, serta memperhatikan ketentuan sebagaimana panduan tempat cuci tangan yang ada di ruang publik. 

Himbauan mengenakan masker pun tidak luput dari perhatiannya. Menumpuknya limbah masker misalnya perlu disikapi dengan adanya tempat pengelolaan limbah masker. Seperti penyediaan tempat sampah tertutup, di berbagai tempat baik di ruang publik maupun di salah satu bangunan, serta menyediakan sistem pengelolaan limbah “infeksius” skala kawasan. 

Di samping itu, menjaga jarak fisik tidak kalah penting. Kursi-kursi yang sebelumnya berdekatan dibuat berjarak. Jarak diantara kursi tersebut akan cantik jika dimanfaatkan sebagai meja atau dibuat menyerupai pot tanaman. Begitu halnya pada bangunan. Menurut Indah, kapasitas bangunan perlu dibatasi, presentasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperbesar, menyediakan tempat antrian di luar ruangan, serta menyediakan area drivethru untuk banguna komersil.

“Penting menyediakan sarana dan prasarana pendukung seperti jaringan internet, ruang serbaguna dengan tetap menjaga jarak. Ruang terbuka hijau, minimal 30% untuk berjemur, berolahraga, bercocok tanam, dan lain-lain.” Terang Indah.

 

Dunia akademis mengalami perubahan dalam berbagai aktivitas maupun kebiasaan akibat adanya Pandemi Covid 19. Perubahan yang sangat cepat, sehingga memerlukan adapatasi yang cepat pula untuk dapat menikmatinya. Perkuliahan, pelatihan, seminar, workshop, talk show hingga wisuda berjalan secara daring. Dinamika dan tantangan menjalankan aktivitas daring sangat beragam baik dari aspek teknis maupun non teknis pelaksanaan kegiatan. Aspek teknis dapat ditinjau dari ketersediaandan keterjangkauan jaringan internet yang memadai, ketersediaan biaya untuk membeli paketan internet, ketersediaan aplikasi dan sebagainya. Sedangkan aspek non teknis berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan kegiatan yang meliputi kemampuan sebuah kegiatan daring dalam menyampaikan pesan kepada khalayak sehingga khalayak memiliki pemahaman yang sama dengan materi yang disampaikan. Beberapa hal yang dapat berpengaruh pada efektivitas yaitu lama waktu khalayak atau audiens untuk tetap fokus mengikuti kegiatan daring, intensitas mengikuti kegiatan daring dan sebagainya.

Kondisi tersebut mendorong Setiawan Priatmoko (Dosen Prodi Manajemen STIE Pariwisata API Yogyakarta) dan Wuri Rahmawati (Dosen Prodi Komunikasi Universitas Aisyiyah Yogyakarta) membentuk tim bersama untuk meneliti dan mengkaji tentang efektivitas seminar yang dilakukan secara daring yang lebih dikenal dengan istilah Webinar. STIE Pariwisata API dan Prodi Komunikasi Aisyiyah Yogyakarta mengadakan penelitian ini sebagai salah satu bentuk aktifitas Tri Dharma Perguruan Tinggi di Era Pandemi. Ketertarikan peneliti ini karena Webinar menjadi fenomena yang sangat luar biasa intensitasnya di masa pendemi Covid 19. Dalam seminggu, hari Senin hingga hari Minggu selalu ada informasi atau promosi tentang adanya acara webinar yang diselenggarakan oleh berbagai pihak baik dari lingkungan Perguruan Tinggi, Pemerintah maupun Non Pemerintah. Dari berbagai informasi atau promosi webinar tersebut diperoleh informasi bahwa  tidak semuanya dapat diingat oleh khalayak.  Menurut hasil penelitian ini 44,5% responden hanya mampu mengingat dua sampai tiga acara webinar dalam sepekan, 24,2% responden mengingat satu webinar dalam sepekan, 19,9% responden harus diingatkan sebelum acara webinar akan dimulai dan sisanya 1,4% dapat mengingat lebih dari enam acara  webinar. Dengan hasil seperti ini maka sebaiknya penyelenggara webinar mempublikasikan acaranya ketika mendekati waktu pelaksanaan.

Penelitian ini dilakukan pada 30 Mei-7 Juni 2020 dengan total responden 211 orang yang terdiri dari 68 orang laki-laki (33%) dan 143 orang perempuan (67%). Responden dalam penelitian ini adalah akademisi, mahasiswa dan tenaga kependidikan dari berbagai universitas di DIY maupun luar DIY dengan rentang usia 17 tahun hingga 46 tahun ke atas. Informasi yang diperoleh yaitu bahwa 85,3% responden dapat fokus mengikuti satu acara Webinar selama 1-2 jam, 12,3% dapat fokus selama 3-4 jam sedangkan sisanya sebesar 2,4% dapat fokus mengikuti acara webinar yang diselenggarakan selama lebih dari 5jam. Selanjutnya Setiawan dan Wuri menyatakan bahwa kondisi ini mestinya dapat menjadi referensi bagi setiap penyelenggara Webinar agar tidak terlalu lama dalam menyelenggarakan satu acara Webinar sehingga audiens atau khalayak tetap akan mengikuti acara dari awal hingga selesai. Dengan demikian maka diharapkan audiens dapat menerima semua pesan yang disajikan dalam proses webinar dan tujuan penyelenggaraannya dapat tercapai.

Sedangkan intensitas mengikuti Webinar dalam sepekan sebesar 38,9% menyampaikan jika belum tentu mengikuti, 34,6% mengikuti 2-3 kali,  11,8%  mengikuti 1 webinar dan 6,2% mengikuti lebih dari 5 Webinar. Aplikasi yang paling banyak digunakan mengikuti acara webinar yaitu zoom (86,3%), baru kemudian diikuti Youtube (5,7%), Google Meet (4,7%) sedangkan sisanya sebesar 3,3% menggunakan webex,whattsapp dan facebook. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyelenggara webinar menggunakan aplikasi zoom,namun peneliti belum melakukan kajian alasan pemilihan aplikasi ini kepada para penyelenggara webinar.

Informasi lain yang diperoleh peserta webinar menggunakan jaringan internet langganan bulanan yaitu sebesar 46,9%, menggunakan jaringan kartu GSM prabayar dengan sistem pembelian paket data sebesar 47,9% dan 5,2% yang menggunakan kartu GSM pasca bayar. Kondisi ini menunjukkan bahwa internet menjadi salah satu kebutuhan utama di masa pandemi Covid 19 ini bagi dunia pendidikan. Sebagian besar responden yang merupakan akademisi (53,1%) menyampaikan bahwa biaya akses data internet tidak menjadi pertimbangan untuk mengikuti Webinar sedangkan  46,9% responden menganggap bahwa biaya internet menjadi pertimbangan untuk mengikuti webinar. Khusus bagi pengguna kartu GSM pra bayarbiaya internet  sangat penting sebab jika kuota yang dimiliki tidak cukup untuk mengikuti Webinar maka dapat menyebabkan terputusnya jaringan sebelum acara selesai.

Umumnya peserta mengikuti acara webinar dari rumah atau kos yaitu sebesar 81,5%, dari kantor atau kampus 15,6% dan sisanya 2,9% mengikuti webinar melalui warnet, area publik (pos rodan, kafe, perpustakaan Kota Yogyakarta, Pojok Internet Kecamatan).  Kondisi ini menunjukkan bahwa kebijakan bekerja dan belajar dari rumah mendorong masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitasnya di rumah atau tempat tinggalnya masing-masing dan akan bekerja dari kantor jika memang tidak bisa dikerjakan di rumah.

Pada kesempatan ini peneliti juga mencoba menjawab fenomena penggunaan latar belakang lemari buku oleh audiens yang pernah viral diberitakan beberapa waktu lalu. Pada saat mengikuti webinar,peserta biasanya akan menentukan background  atau tampilan di belakang tempat duduknya. Pemilihan background selain berkaitan dengan keindahan atau estetika juga berkaitan dengan kenyamanan peserta saat mengikuti Webinar sebab merasa akan dapat dilihat peserta lain melalui layar video di aplikasi yang digunakan.  Berdasar hasil penelitian ini sebanyak 37,4% responden menyukai backgrounddinding tanpa ornamen, 28% menyukai backgrounddinding dengan hiasan ornamen, foto, atau lukisan, 12,7% menyukai background halaman rumah yang banyak pepohonan, 10% menyukai background rak buku, sebanyak6,7%menyukai background yang beragam seperti destinasi wisata, poster acara webinar,  gorden jendela, background aplikasi zoom, foto, pemandangan alam bebas dan sisanya 4,7% tidak peduli dengan background yang penting terang,ada signal dan posisi duduk yang nyaman.

Berdasar hasil penelitian ini maka penyelenggara webinar hendaknya dapat mengemas acara yang menarik agar peserta bersedia mengikuti dari awal hingga akhir acara baik dari aspek materi, lama waktu acara dan promosi kegiatan. Termasuk penting memperhatikan keterjangkauan dan ketersediaan biaya akses internet bagi khalayak dalam mengikuti pembelajaran dari webinar. Dengan berbagai tantangan dan dinamika penyelenggaraan webinar, bahwa diseminasi ilmu pengetahuan, wawasan dan berbagai kebijakan harus dapat tersampaikan kepada masyarakat khususnya civitas akademika Perguruan Tinggi. Inovasi dan kreativitas penyelenggara Webinar maupun penyedia aplikasi perlu terus ditingkatkan agar berbagai aktivitas daring yang menggantikan kegiatan tatap muka dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta tidak membosankan. Besar harapan peneliti ke depan dapat dibuat kebijakan yang tepat terkait pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.

Menindaklanjuti persiapan kedatangan mahasiswa dan mahasiswa baru (Maba) UNISA Yogya ke Yogyakarta, tim Satgas Covid-19 UNISA Yogyakarta melaksanakan sosialisasi langsung ke para ketua RT/RW dan pemilik kos di beberapa padukuhan di kelurahan Nogotirto. Kegiatan berlangsung bertahap dan yang sudah berlangsung yaitu di dukuhNogosaren, Sabtu (27/6) dan dukuh Karangtengah, Ahad (28/6).

Kegiatan ini dihadiri oleh pemilik kost di Nogosaren sejumlah 50 orang dan di Karangtengah 40 orang, Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta kepala dukuh masing-masing. Sosialisasi persiapan kedatangan mahasiswa UNISA bertujuan agar kampus dan masyarakat sekitar dapat bersama-sama berkolaborasi dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Selain itu juga menjawab keresahan warga terhadap penyebaran Covid-19 dari luar daerah Yogyakarta ke lokasi kost mahasiswa masing-masing sehingga harapannya tidak terjadi penolakan terhadap mahasiswa.

Fitria Siswi Utami,MNS., selaku Ketua Satgas Covid-19 UNISA Yogyakarta memaparkan bahwa kampus UNISA Yogyakarta sudah menyiapkan prosedur kedatangan mahasiswa yang tertuang pada SE Rektor Unisa No. 454/UNISA/AU/VI/2020, serta sarana dan prasarana yang memadahi untuk menghadapi New Reality. UNISA Yogyakartajuga sudah bermitra dengan RS PKU Kota Yogyakarta, RS PKU Gamping, RS PKU Bantul, dan Klinik Pratama PKU Muhammadiyah Wates untuk pelaksanaan Rapid Test bagi mahasiswa UNISA Yogya yang membutuhkan.

Kembalinya mahasiswa ke Yogyakartaakan dibagi menjadi dua gelombang pada bulan Juli dan November. Gelombang pertama merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan yang akan melaksanakan kegiatan praktik di rumah sakit, dari Prodi D3 Kebidanan, Prodi Ners, dan Prodi Fisioterapi dengan total 225 mahasiswa. Untuk mahasiswa lainnya akan dijadwalkan datang pada gelombang kedua.

“Kami harap Bapak-Ibu juga dapat tegas kepada mahasiswa, jika mereka datang belum membawa surat keterangan sehat atau Rapid Test dengan hasil non-reaktif, dianjurkan segera melaksanakan test terlebih dahulu.”, ucap Fitria Siswi. Mahasiswa yang telah diperbolehkan kembali, diharuskan melaksanakan isolasi mandiri selama 14 hari.

Fitria Siswi juga menjelaskan bahwa pemilik kost tidak perlu khawatir jika ada mahasiswa yang akan praktek di rumah sakit. Rumah sakit yang menjadi tempat praktek mahasiswa memiliki protokol kesehatan yang ketat dan menseleksi yang diperbolehkan masuk. Selain itu para mahasiswa tidak ditempatkan pada ruang isolasi Covid-19 dan hanya menangani pasien umum.

Salah satu warga sekaligus pemilik kost di Karangtengah mengaku lega dengan adanya sosialisasi ini. Hadi selaku perwakilan dari Babinsa mengharap pihak UNISA Yogya dan warga dapat bekerjasama untuk saling menjaga keamanan dan kebaikan bersama.