Kampus inklusif

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam menciptakan lingkungan kampus inklusif yang adil dan terbuka bagi semua. Melalui kolaborasi dosen dan mahasiswa, UNISA Yogyakarta menggelar pelatihan bertajuk “Uji Efektivitas Penilaian Gender Disabilitas Sosial Inklusi (GEDSI)” pada Kamis (28/8/2025).

Kegiatan ini secara khusus menyasar para pemimpin masa depan, yaitu 14 kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dari tiga komisariat yang mewakili Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum), serta Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Tujuannya adalah membekali para kader IMM sebagai perpanjangan tangan persyarikatan untuk memahami dan mengadvokasi isu kesetaraan gender, hak disabilitas, dan budaya sosial yang inklusif.

Pelatihan dibuka dengan sesi materi yang mencerahkan dari Dr. Siti Khotimah, SST.,Ft., M.Fis. Beliau menekankan bahwa disabilitas bukanlah sekadar isu medis, melainkan fenomena sosial.

“IMM sebagai organisasi kemahasiswaan dipercaya mampu menyebarkan nilai toleransi dan kesetaraan, serta harus dapat mendukung mahasiswa difabel agar lebih percaya diri menyuarakan kebutuhan mereka,” jelas Khotim.

Sesi selanjutnya diisi oleh Dr. Islamiyatur Rokhmah, M.S.I., yang mengupas tuntas perbedaan mendasar antara seks (biologis) dan gender (konstruksi sosial). Ia juga membahas berbagai bentuk ketidakadilan gender dan strategi praktis untuk mewujudkan budaya inklusi di lingkungan sekitar.

Untuk menguji pemahaman, para peserta tidak hanya mengerjakan pre-test dan post-test, tetapi juga terlibat aktif dalam Forum Group Discussion (FGD). Dalam diskusi kelompok, para kader secara interaktif membahas studi kasus nyata mengenai isu gender dan inklusi sosial. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mencetak agen perubahan yang siap membangun kampus UNISA Yogyakarta yang lebih ramah dan setara bagi semua.

Raih pendanaan

Kabar membanggakan datang dari lingkungan akademis Yogyakarta. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan lolos sebagai salah satu penerima pendanaan dalam program bergengsi “Mahasiswa Berdampak: Pemberdayaan Masyarakat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa” Tahun Anggaran 2025.

Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Kepastian ini tertuang dalam surat keputusan resmi Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan yang dirilis pada 7 September 2025.

Inovasi yang diusung oleh BEM KM UNISA Yogyakarta adalah program bertajuk “SI-LEMPENG: Sinergi Lele Mandiri dan Pangan Bergizi untuk Pencegahan Stunting di Kalurahan Logandeng”. Program yang diketuai oleh Bdn. Yekti Satriyandari, S.ST., M.Kes., ini dirancang sebagai solusi konkret untuk memberdayakan masyarakat melalui intervensi gizi dan penguatan ketahanan pangan lokal.

Presiden Mahasiswa BEM KM UNISA Yogyakarta, Lukmannul Hakim, menyambut kabar gembira ini dengan penuh syukur dan rasa tanggung jawab. Menurutnya, pencapaian ini adalah bukti kepercayaan Kemdiktisaintek terhadap kapasitas mahasiswa dalam menciptakan perubahan.

“Kelolosan ini bukan sekadar penghargaan, melainkan tanggung jawab besar untuk menghadirkan perubahan nyata di masyarakat. Tim kami akan bekerja kolaboratif dengan warga, pihak kampus, dan mitra lokal untuk memastikan SI-LEMPENG berdampak dalam pencegahan stunting dan peningkatan akses pangan bergizi,” ujar Lukman.

Dukungan penuh juga datang dari pihak kampus. Yekti Satriyandari, yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Kemahasiswaan UNISA Yogyakarta, menegaskan kesiapan institusi untuk mengawal implementasi program.

“Universitas memberikan dukungan penuh, mulai dari pendampingan akademik hingga penyusunan laporan teknis. Kami akan memastikan semua mekanisme pelaporan sesuai ketentuan dan mengedepankan keterlibatan dosen serta masyarakat sebagai bagian integral program,” tegas Yekti.

Keberhasilan ini membuka jalan bagi mahasiswa UNISA Yogyakarta untuk mengaplikasikan ilmu mereka secara langsung. Program SI-LEMPENG diharapkan tidak hanya efektif menekan angka stunting di Logandeng, tetapi juga menjadi model kolaborasi inspiratif antara kampus dan komunitas yang bisa direplikasi di daerah lain.

berprestasi

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta patut berbangga dengan kiprah para dosennya yang terus berprestasi dan menginspirasi. Salah satunya adalah Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M, dosen Program Studi D4 Keperawatan Anestesiologi. Sosoknya dikenal bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sahabat yang selalu hadir bagi para mahasiswa.

Sejak bergabung pada tahun 2018, Nia memaknai profesinya sebagai perjalanan panjang yang tak pernah berhenti untuk belajar. Baginya, seorang dosen tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu, melainkan juga menjadi pendamping dalam setiap proses perkembangan mahasiswa. “Bagi saya, menjadi dosen bukan hanya tentang menyampaikan ilmu, tetapi juga menemani mahasiswa dalam setiap proses belajarnya. Saya ingin mahasiswa merasa bahwa mereka tidak berjalan sendirian,” ungkapnya.

Dalam kesehariannya, Nia berusaha memahami karakter generasi baru, menyesuaikan cara mengajar, dan merangkul mahasiswa agar merasa dekat dan didukung. Ia bahkan sering mengibaratkan perjalanan hidup layaknya mendaki gunung: meski jalannya terjal dan penuh tantangan, keindahan di puncak akan membayar semua lelah. Filosofi ini pula yang ia terapkan dalam dunia akademik, baik saat membimbing mahasiswa maupun ketika menjalani penelitian.

Tidak hanya fokus mengajar, Nia juga aktif berkarya melalui riset. Ia berhasil meraih berbagai hibah penelitian, mulai dari Kemendikbudristek, Riset Muhammadiyah, hingga hibah internal universitas. Beberapa hasil penelitiannya juga telah dipublikasikan dalam jurnal bereputasi nasional, yang menunjukkan konsistensinya dalam memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Lebih dari sekadar prestasi akademik, Nia Handayani ingin menanamkan pesan sederhana namun dalam bagi siapa pun yang ia temui. “Hidup bukan tentang menjadi sempurna, tetapi tentang bagaimana kita bisa terus belajar, berkembang, dan memberi manfaat bagi sesama. Jadilah versi terbaik dari dirimu,” tuturnya.

Dedikasi dan semangat yang ia tunjukkan menjadikan Nia Handayani sebagai salah satu dosen inspiratif UNISA Yogyakarta, yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga memberi dampak nyata bagi mahasiswa, kampus, dan masyarakat.

Yasmine likhadiatri 3

Gelombang unjuk rasa yang belakangan marak di berbagai daerah, termasuk Yogyakarta, kerap diwarnai dengan penggunaan gas air mata oleh aparat. Kondisi ini menimbulkan perhatian serius, mengingat paparan gas air mata dapat berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, terutama para peserta aksi. Menanggapi hal tersebut, dosen Fakultas Kedokteran Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, dr. Yasmine Likhadiatri memberikan penjelasan mengenai risiko yang ditimbulkan sekaligus langkah penanganannya, Kamis (3/9).

Menurut dr. Yasmine Likhadiatri, gas air mata mengandung senyawa kimia iritan yang mampu memengaruhi saluran pernapasan, mata, dan kulit. Paparan yang terjadi biasanya ditandai dengan mata perih, berair, penglihatan kabur, batuk, hingga rasa sesak di dada. Tidak jarang pula muncul sensasi panas atau terbakar pada kulit. Bagi individu dengan riwayat penyakit pernapasan seperti asma, gejala tersebut bisa menjadi lebih berat dan berbahaya.

Ia menjelaskan bahwa paparan dalam waktu lama, apalagi di ruang tertutup, berpotensi menimbulkan komplikasi serius. Beberapa kasus bisa berkembang menjadi sesak berat, muntah, atau bahkan kehilangan kesadaran apabila tidak segera mendapatkan penanganan. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui cara sederhana mengurangi risiko ketika terpapar.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah segera menjauh dari lokasi sumber gas dengan arah berlawanan dari tiupan angin agar paparan tidak semakin parah. Apabila mata terasa perih atau berair, sebaiknya segera dibersihkan menggunakan air mengalir tanpa menguceknya. Menutup hidung dan mulut dengan kain basah atau masker dapat membantu meminimalisasi masuknya partikel kimia ke dalam saluran pernapasan. Setelah kondisi memungkinkan, pakaian yang dikenakan sebaiknya segera diganti dan kulit dibersihkan dengan sabun agar sisa partikel kimia tidak menempel lebih lama. Bila gejala semakin berat, seperti sesak napas yang tidak kunjung membaik atau gangguan penglihatan, maka pertolongan medis harus segera dicari.

“Keselamatan diri adalah yang utama. Ketika berada di tengah kerumunan massa, penting untuk tetap waspada terhadap situasi sekitar dan memahami bagaimana cara menjaga kesehatan tubuh ketika terpapar gas air mata,” tegas dr. Yasmine.

Melalui penjelasan ini, Fakultas Kedokteran UNISA Yogyakarta berharap masyarakat semakin sadar akan risiko kesehatan dari gas air mata serta mampu mengambil langkah cepat untuk meminimalisasi dampaknya, khususnya di tengah situasi unjuk rasa yang masih berlangsung di berbagai wilayah.

Pupuk organik

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sukses menggelar pelatihan pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) di Dukuh Pager, Desa Logandeng, Playen, Gunungkidul. Berkolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) RT 03, kegiatan pada Kamis (28/8/2025) ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pertanian lokal dengan memanfaatkan kotoran hewan (kohe) sebagai bahan dasar.

Pelatihan ini dipandu oleh Dewi dari Dinas Pertanian dan Peternakan, yang memberikan bimbingan teknis secara rinci. Prosesnya dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan sederhana dan mudah didapat, seperti kohe, ragi kompos, dan air tebu. Semua bahan dicampur dalam galon bekas, lalu difermentasi selama 2 hingga 4 minggu hingga menghasilkan POC yang siap digunakan.

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Enny Fitriahadi, S.St., M.Kes, menjelaskan manfaat penting dari POC.

“POC ini dapat menyuburkan daun tanaman dan memperbaiki kesuburan tanah. Dengan meningkatkan kualitas tanah, POC membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan akar dan mikroorganisme tanah yang bermanfaat,” tuturnya.

Keunggulan lain dari POC adalah tidak memiliki masa kedaluwarsa, menjadikannya solusi praktis dan efisien bagi petani. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu petani mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan.

Melalui program ini, mahasiswa UNISA Yogyakarta tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga meningkatkan keterampilan anggota KWT dalam mengelola pertanian secara berkelanjutan. Harapannya, kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana dapat terus tumbuh demi keberlangsungan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan.