Sertifikasi profesi

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dalam meningkatkan kualitas dan daya saing lulusannya menggelar Launching Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) UNISA Yogyakarta. Acara peresmian ini berlangsung di hall Baroroh Baried pada Sabtu (03/05), dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan perwakilan dari berbagai prodi, biro dan unit yang ada di UNISA Yogyakarta.

Pendirian LSP UNISA Yogyakarta ini merupakan tindak lanjut dari keberhasilan UNISA Yogyakarta dalam memperoleh lisensi resmi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) beberapa waktu lalu. Lisensi ini menjadi bukti pengakuan atas kompetensi UNISA Yogyakarta sebagai penyelenggara sertifikasi profesi yang terpercaya dan sesuai standar nasional.

Ketua LSP UNISA Yogyakarta, Endang Koni Suryaningsih, S.ST., MSc., N-M.,Ph.D, dalam sambutannya menyampaikan visi dan misi lembaga yang dipimpinnya.

“Visi kami adalah menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi yang unggul dalam menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang kesehatan, berwawasan luas, menjadi pilihan utama, dan berlandaskan nilai-nilai Islam yang berkemajuan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa misi LSP UNISA Yogyakarta adalah menyelenggarakan sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa UNISA Yogyakarta sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

Saat ini, LSP UNISA Yogyakarta telah memiliki tiga skema sertifikasi yang siap melayani mahasiswa. “Untuk tahap awal, kami melayani Skema Petugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang diperuntukkan bagi mahasiswa dari Program Studi Kebidanan, Bioteknologi, Fisioterapi, Teknologi Laboratorium Medis (TLM), dan Radiologi. Kami berharap program studi lain di UNISA Yogyakarta dapat segera menyusul dengan skema sertifikasi yang relevan,” imbuh Koni.

Direktur LSP Muhammadiyah, Dr. Filosa Gita Sukmono, S.I.Kom., M.A, turut hadir dan memberikan sambutan. Ia menekankan betapa pentingnya sertifikasi profesi bagi mahasiswa dalam menghadapi persaingan di pasar kerja, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

“Kepemilikan sertifikasi profesi memberikan nilai tambah yang signifikan bagi mahasiswa di mata perusahaan atau klien. Sertifikasi ini menjadi bukti konkret bahwa kompetensi mereka telah diakui oleh pihak ketiga yang independen,” tegas Filosa.

Wakil Rektor I UNISA Yogyakarta, Dr. Sulistyaningsih, S.KM., MH.Kes, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kerja keras tim dalam mewujudkan LSP UNISA Yogyakarta.

“Kami sangat mengapresiasi perjalanan panjang pembentukan LSP UNISA Yogyakarta, mulai dari inisiasi hingga akhirnya mendapatkan lisensi dari BNSP. Kami berharap LSP Muhammadiyah terus memberikan bimbingan dan pendampingan agar program studi lain di UNISA Yogyakarta dapat segera memiliki skema sertifikasi yang baru,” kata Sulis.

Acara peluncuran ini juga diisi dengan sharing session dan sesi tanya jawab yang diikuti antusias oleh sekitar 180 mahasiswa. Kegiatan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai manfaat dan proses sertifikasi profesi yang ditawarkan oleh LSP UNISA Yogyakarta.

Pemanasan global 1

Program Studi Bioteknologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan wawasan global mahasiswanya. Langkah konkretnya diwujudkan melalui kuliah umum bertajuk SIMBION (Sinau Bareng Bioteknologi) yang mengangkat tema, “Microbial Approaches to Mitigating Global Warming”.

Acara yang dihelat pada Rabu (30/04) di ruang sidang gedung Siti Moendjijah ini menghadirkan narasumber professor terkemuka, yakni Prof. Hiroyuki OHTA, Rektor Ibaraki University Jepang yang juga dikenal sebagai pakar di bidang pemanfaatan mikroorganisme.

Ketua Prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta, Arif Bimantara, S.Pi., M.Biotech, mengungkapkan bahwa kuliah umum ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk menyerap ilmu dan perspektif langsung dari seorang ilmuwan internasional. Kedua, memperkuat jalinan kerja sama yang telah terjalin erat antara Prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta dan Ibaraki University, terutama dalam ranah penelitian. Kuliah umum SIMBION ini menjadi salah satu implementasi nyata dari sinergi akademik tersebut.

“Kami berharap melalui kuliah umum ini, mahasiswa Prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta mendapatkan wawasan baru yang signifikan, terutama mengenai alternatif solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan pemanasan global melalui pendekatan bioteknologi. Lebih dari itu, kami juga berharap agenda ini dapat memantik motivasi mahasiswa untuk semakin berinovasi di bidang biotek, sehingga kelak mampu berkontribusi nyata dalam mengatasi tantangan lingkungan,” terang Arif.

Ia juga menambahkan dengan adanya kegiatan ini, kerja sama antara UNISA Yogyakarta dan Ibaraki University diharapkan semakin solid dan produktif di masa mendatang.

Dalam sesi kuliah umumnya, Prof. Hiroyuki OHTA memaparkan secara komprehensif mengenai potensi besar mikroorganisme dalam menjadi solusi efektif untuk menghadapi ancaman pemanasan global. Ia mengupas tuntas berbagai riset terkini dan aplikasi praktis pemanfaatan mikroba dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan penyerapan karbon, hingga mengembangkan sumber energi alternatif yang berkelanjutan.

Mahasiswa Bioteknologi UNISA Yogyakarta dari berbagai tingkatan, mulai dari semester 1 hingga semester 6, tampak antusias menyimak paparan dari profesor asal Jepang tersebut. Kuliah umum ini diharapkan dapat membuka cakrawala pemikiran mahasiswa dan mendorong mereka untuk mendalami lebih jauh potensi bioteknologi dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Jantung 2

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 17,9 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular, yang mewakili 32 persen dari seluruh kematian global. Dari jumlah ini, sebanyak 85 persen disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.

Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner dan henti jantung mendadak menunjukkan tren peningkatan, seiring dengan perubahan gaya hidup, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.

Henti jantung mendadak dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, sering kali tanpa peringatan. Tindakan cepat dalam hitungan menit pertama sangat penting untuk menyelamatkan nyawa. Karena itu, pemahaman masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD), khususnya Resusitasi Jantung Paru (RJP), menjadi sangat krusial.

Sebagai bentuk kontribusi nyata Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi kegawatdaruratan jantung, telah dilaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berupa Pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) di Dusun Pasekan Lor, Balecatur, Gamping pada 15 April 2025.

Kegiatan ini melibatkan peserta dari unsur kader kesehatan Posyandu dan masyarakat umum di Pasekan Lor, Balecatur, Gamping. Para peserta mendapatkan pembekalan teori dan praktik langsung terkait pelaksanaan RJP sebagai bagian dari Bantuan Hidup Dasar.

Materi pelatihan disampaikan oleh para narasumber berpengalaman, yakni:

  • Dr. dr. Ardi Pramono, M.Kes., Sp.An. dosen dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
  • Ns. Hamudi Prasestiyo, M.Kep., Sp.Kep.Onk. dosen dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta
  • Tim Kesehatan RS PKU Muhammadiyah Gamping

“Dalam pelatihan ini, peserta diberikan pemahaman tentang tanda-tanda henti jantung, pentingnya mengenali kondisi kegawatdaruratan sejak dini, serta teknik resusitasi jantung paru yang efektif. Sesi praktik menggunakan pantom (boneka latihan) bertujuan untuk membiasakan peserta melakukan RJP dengan teknik yang benar,” ujar Hamudi.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dalam pengetahuan peserta mengenai prinsip dasar RJP. Selain itu, peserta mampu mempraktikkan teknik RJP dengan baik sesuai dengan prosedur standar. Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan banyaknya pertanyaan dan diskusi aktif selama sesi berlangsung.

Melalui pelatihan ini, diharapkan kader kesehatan dan masyarakat awam dapat menjadi penolong pertama yang sigap dan terampil dalam menghadapi kasus henti jantung mendadak di lingkungan mereka. Semakin banyak masyarakat yang terlatih RJP, maka angka keselamatan akibat henti jantung di komunitas dapat meningkat.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata pentingnya kolaborasi antara akademisi, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam membangun ketahanan komunitas menghadapi kegawatdaruratan kardiovaskular sebagai bukti nyata kontribusi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di masyarakat.

Minat baca

Sebuah kolaborasi apik terjalin antara Perpustakaan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan Perpustakaan Kota Yogyakarta dengan menggelar program inovatif bertajuk “Rotate Your Book”. Acara yang dihelat selama dua hari, mulai Senin (28/4/2025) hingga Selasa (29/4/2025) di Gedung Siti Moendjijah, Kampus Terpadu UNISA Yogyakarta ini, menjadi angin segar bagi upaya peningkatan literasi di kalangan civitas akademika.

“Rotate Your Book” sendiri bukanlah program sembarangan. Inisiatif cemerlang dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Yogyakarta ini hadir sebagai fasilitas jempolan bagi masyarakat, khususnya kali ini menyasar komunitas kampus. Konsepnya sederhana namun efektif: memberikan kesempatan emas bagi para pemilik buku pribadi yang mungkin sudah khatam atau ingin mencari bacaan baru, untuk menukarkan koleksi mereka dengan beragam buku menarik yang tersimpan rapi di bank buku milik Perpustakaan Kota Yogyakarta.

Kepala Bidang Pengelolaan Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Gemar Membaca DPK Kota Yogyakarta, Nunun Zulaikha, S.IP., M.M., mengungkapkan antusiasmenya saat diwawancarai di sela-sela acara. Ia menjelaskan bahwa program “Rotate Your Book” selama ini lebih sering menyapa para pelajar di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) seantero Kota Gudeg. Namun, kali ini ada sentuhan spesial. Mengingat Perpustakaan Kota Yogyakarta memiliki khazanah buku yang relevan dengan dunia kesehatan dan perkuliahan, ditambah lagi jalinan kerjasama yang harmonis dengan Perpustakaan UNISA Yogyakarta, maka kampus yang berlokasi strategis ini dipilih menjadi lokasi penyelenggaraan selama dua hari penuh.

“Jadi, seluruh civitas akademika UNISA Yogyakarta, mulai dari mahasiswa, dosen, hingga tenaga kependidikan, yang memiliki koleksi buku pribadi dan mungkin sudah merasa bosan membacanya, kini memiliki kesempatan emas. Melalui program ‘Rotate Your Book’ ini, mereka bisa menukarkan buku-buku tersebut dengan koleksi buku-buku berkualitas yang kami miliki,” papar Zulaikha.

Zulaikha menambahkan, kegiatan ini diharapkan mampu memberikan variasi bacaan yang lebih luas bagi civitas akademika UNISA Yogyakarta.

Senada dengan harapan tersebut, Kepala UPT Perpustakaan UNISA Yogyakarta, Zeni Istiqomah, SIP.,MA., menyambut baik inisiatif kolaborasi ini. Zeni menuturkan bahwa kehadiran program “Rotate Your Book” di lingkungan kampusnya diharapkan dapat semakin memantik dan meningkatkan minat baca di kalangan civitas akademika UNISA Yogyakarta.

“Kami berharap, dengan adanya kegiatan yang menarik dan memfasilitasi akses terhadap beragam koleksi buku ini, wawasan dan manfaat yang diperoleh oleh seluruh anggota komunitas UNISA Yogyakarta akan semakin bertambah,” ujar Zeni.

Malnutrisi

Upaya penguatan ketahanan pangan sekaligus pencegahan malnutrisi terus digencarkan di berbagai lapisan masyarakat. Langkah nyata diwujudkan oleh tim pengabdian masyarakat dosen Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.

Dosen UNISA Yogyakarta, Ellyda Rizki Wijhati.,S.ST.,M.Keb; Andri Nur Solikah.,S.ST.,M.Kes; dan DR. Islamiaturrokhmah.,MSI melakukan pendampingan intensif kepada puluhan santri Panti Asuhan Al-Ghifari untuk mendukung ketahanan pangan mandiri.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah berlangsung selama beberapa bulan ini berfokus pada penguatan kemandirian pangan melalui inovasi budidaya lele dalam galon bekas dan penanaman beragam sayur-mayur di lingkungan panti. Selain memberikan pelatihan teknis budidaya, tim dosen juga membekali para santri dengan pemahaman mendasar tentang gizi seimbang dan pentingnya menerapkan pola konsumsi sehat sehari-hari.

Ketua tim pengabdian msyarakat, Ellyda Rizki Wijhati, S.ST., M.Keb menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan solusi yang berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan gizi para santri panti.

“Dengan memanfaatkan lahan dan sumber daya yang terbatas secara optimal, kami ingin mengedukasi bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan. Contohnya, pemanfaatan limbah galon bekas sebagai media budidaya lele dan kangkung skala rumah tangga ini,” terang Ellyda.

Budidaya lele dalam galon dipilih karena dinilai efisien dalam penggunaan ruang dan relatif mudah dalam pemeliharaan, sangat sesuai dengan kondisi lingkungan panti yang memiliki keterbatasan lahan. Di sisi lain, penanaman sayuran, seperti kangkung, diterapkan dengan sistem vertikal dan polybag, memungkinkan para santri untuk memanen hasilnya secara berkala dan mandiri.

Lele sendiri merupakan sumber protein hewani yang kaya nutrisi penting, seperti vitamin B12, fosfor, serta asam lemak omega-3 dan omega-6. Nutrisi ini berperan vital dalam mendukung pertumbuhan fisik, menjaga fungsi kognitif dan kardiovaskular, serta meningkatkan imunitas tubuh. Jika diolah dengan cara yang sehat, minim minyak, lele juga termasuk makanan rendah kalori yang mendukung gaya hidup sehat.

Keunggulan lain dari budidaya lele adalah kemudahannya, bahkan dapat dilakukan dengan memanfaatkan wadah sederhana seperti galon bekas. Metode ini menjadi alternatif budidaya yang hemat ruang, biaya terjangkau, perawatan tidak rumit, serta ramah lingkungan karena mendaur ulang barang bekas. Hasil panen lele ini nantinya dapat langsung dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi para santri di panti.

Sementara itu, inovasi penanaman kangkung di bagian atas galon bekas yang bagian bawahnya dimanfaatkan untuk budidaya lele menjadi contoh konkret sistem pertanian terpadu yang efisien dan ramah lingkungan. Dalam metode ini, kangkung ditanam secara hidroponik di bagian atas galon, memanfaatkan air dari budidaya lele di bawahnya. Limbah organik dari kotoran lele menjadi nutrisi alami bagi pertumbuhan kangkung, sehingga mengurangi kebutuhan akan pupuk tambahan. Sebaliknya, akar kangkung juga berperan dalam menyaring air dan menjaga kualitas lingkungan hidup bagi lele. Sistem simbiosis ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan air dan lahan yang terbatas, tetapi juga menghasilkan dua sumber pangan bergizi sekaligus dalam satu wadah yang sederhana.

Pengasuh Panti Asuhan Al-Ghifari, Saryati, menyambut antusias program pendampingan ini. “Anak-anak didik kami menjadi lebih antusias karena tidak hanya menerima materi teori, tetapi juga terlibat langsung dalam praktik budidaya. Kami sangat berharap kegiatan positif ini dapat menjadi kebiasaan baik yang terus berlanjut,” ungkapnya.

Lebih lanjut, program ini juga secara tidak langsung menanamkan karakter mandiri dan bertanggung jawab pada diri para santri melalui pembagian tugas harian dalam merawat tanaman dan ikan. Hasil panen dari budidaya ini direncanakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi internal panti, tetapi juga berpotensi menjadi sumber pendapatan tambahan yang bermanfaat.