Pos

berprestasi

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta patut berbangga dengan kiprah para dosennya yang terus berprestasi dan menginspirasi. Salah satunya adalah Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M, dosen Program Studi D4 Keperawatan Anestesiologi. Sosoknya dikenal bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sahabat yang selalu hadir bagi para mahasiswa.

Sejak bergabung pada tahun 2018, Nia memaknai profesinya sebagai perjalanan panjang yang tak pernah berhenti untuk belajar. Baginya, seorang dosen tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu, melainkan juga menjadi pendamping dalam setiap proses perkembangan mahasiswa. “Bagi saya, menjadi dosen bukan hanya tentang menyampaikan ilmu, tetapi juga menemani mahasiswa dalam setiap proses belajarnya. Saya ingin mahasiswa merasa bahwa mereka tidak berjalan sendirian,” ungkapnya.

Dalam kesehariannya, Nia berusaha memahami karakter generasi baru, menyesuaikan cara mengajar, dan merangkul mahasiswa agar merasa dekat dan didukung. Ia bahkan sering mengibaratkan perjalanan hidup layaknya mendaki gunung: meski jalannya terjal dan penuh tantangan, keindahan di puncak akan membayar semua lelah. Filosofi ini pula yang ia terapkan dalam dunia akademik, baik saat membimbing mahasiswa maupun ketika menjalani penelitian.

Tidak hanya fokus mengajar, Nia juga aktif berkarya melalui riset. Ia berhasil meraih berbagai hibah penelitian, mulai dari Kemendikbudristek, Riset Muhammadiyah, hingga hibah internal universitas. Beberapa hasil penelitiannya juga telah dipublikasikan dalam jurnal bereputasi nasional, yang menunjukkan konsistensinya dalam memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Lebih dari sekadar prestasi akademik, Nia Handayani ingin menanamkan pesan sederhana namun dalam bagi siapa pun yang ia temui. “Hidup bukan tentang menjadi sempurna, tetapi tentang bagaimana kita bisa terus belajar, berkembang, dan memberi manfaat bagi sesama. Jadilah versi terbaik dari dirimu,” tuturnya.

Dedikasi dan semangat yang ia tunjukkan menjadikan Nia Handayani sebagai salah satu dosen inspiratif UNISA Yogyakarta, yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga memberi dampak nyata bagi mahasiswa, kampus, dan masyarakat.

Yasmine likhadiatri 3

Gelombang unjuk rasa yang belakangan marak di berbagai daerah, termasuk Yogyakarta, kerap diwarnai dengan penggunaan gas air mata oleh aparat. Kondisi ini menimbulkan perhatian serius, mengingat paparan gas air mata dapat berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, terutama para peserta aksi. Menanggapi hal tersebut, dosen Fakultas Kedokteran Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, dr. Yasmine Likhadiatri memberikan penjelasan mengenai risiko yang ditimbulkan sekaligus langkah penanganannya, Kamis (3/9).

Menurut dr. Yasmine Likhadiatri, gas air mata mengandung senyawa kimia iritan yang mampu memengaruhi saluran pernapasan, mata, dan kulit. Paparan yang terjadi biasanya ditandai dengan mata perih, berair, penglihatan kabur, batuk, hingga rasa sesak di dada. Tidak jarang pula muncul sensasi panas atau terbakar pada kulit. Bagi individu dengan riwayat penyakit pernapasan seperti asma, gejala tersebut bisa menjadi lebih berat dan berbahaya.

Ia menjelaskan bahwa paparan dalam waktu lama, apalagi di ruang tertutup, berpotensi menimbulkan komplikasi serius. Beberapa kasus bisa berkembang menjadi sesak berat, muntah, atau bahkan kehilangan kesadaran apabila tidak segera mendapatkan penanganan. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui cara sederhana mengurangi risiko ketika terpapar.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah segera menjauh dari lokasi sumber gas dengan arah berlawanan dari tiupan angin agar paparan tidak semakin parah. Apabila mata terasa perih atau berair, sebaiknya segera dibersihkan menggunakan air mengalir tanpa menguceknya. Menutup hidung dan mulut dengan kain basah atau masker dapat membantu meminimalisasi masuknya partikel kimia ke dalam saluran pernapasan. Setelah kondisi memungkinkan, pakaian yang dikenakan sebaiknya segera diganti dan kulit dibersihkan dengan sabun agar sisa partikel kimia tidak menempel lebih lama. Bila gejala semakin berat, seperti sesak napas yang tidak kunjung membaik atau gangguan penglihatan, maka pertolongan medis harus segera dicari.

“Keselamatan diri adalah yang utama. Ketika berada di tengah kerumunan massa, penting untuk tetap waspada terhadap situasi sekitar dan memahami bagaimana cara menjaga kesehatan tubuh ketika terpapar gas air mata,” tegas dr. Yasmine.

Melalui penjelasan ini, Fakultas Kedokteran UNISA Yogyakarta berharap masyarakat semakin sadar akan risiko kesehatan dari gas air mata serta mampu mengambil langkah cepat untuk meminimalisasi dampaknya, khususnya di tengah situasi unjuk rasa yang masih berlangsung di berbagai wilayah.

Pupuk organik

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sukses menggelar pelatihan pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) di Dukuh Pager, Desa Logandeng, Playen, Gunungkidul. Berkolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) RT 03, kegiatan pada Kamis (28/8/2025) ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pertanian lokal dengan memanfaatkan kotoran hewan (kohe) sebagai bahan dasar.

Pelatihan ini dipandu oleh Dewi dari Dinas Pertanian dan Peternakan, yang memberikan bimbingan teknis secara rinci. Prosesnya dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan sederhana dan mudah didapat, seperti kohe, ragi kompos, dan air tebu. Semua bahan dicampur dalam galon bekas, lalu difermentasi selama 2 hingga 4 minggu hingga menghasilkan POC yang siap digunakan.

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Enny Fitriahadi, S.St., M.Kes, menjelaskan manfaat penting dari POC.

“POC ini dapat menyuburkan daun tanaman dan memperbaiki kesuburan tanah. Dengan meningkatkan kualitas tanah, POC membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan akar dan mikroorganisme tanah yang bermanfaat,” tuturnya.

Keunggulan lain dari POC adalah tidak memiliki masa kedaluwarsa, menjadikannya solusi praktis dan efisien bagi petani. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu petani mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan.

Melalui program ini, mahasiswa UNISA Yogyakarta tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga meningkatkan keterampilan anggota KWT dalam mengelola pertanian secara berkelanjutan. Harapannya, kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana dapat terus tumbuh demi keberlangsungan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan.

Senam hipertensi 1

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sukses menggelar kegiatan senam hipertensi di Dusun Pundung, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Acara yang berlangsung di Balai Dusun Pundung pada Sabtu (23/8/2025) ini bertujuan mengajak masyarakat, khususnya para lansia dan penderita hipertensi, untuk menjaga kesehatan melalui olahraga ringan.

Kepala Dukuh Pundung, Gunita Kumara, S.Pd., menyampaikan apresiasinya dengan diadakanya kegiatan ini oleh mahasiswa KKN UNISA Yogyakarta dengan banyaknya.

“Senam pagi hipertensi ini menjadi bukti nyata bahwa menjaga kesehatan bisa dimulai dari langkah sederhana yang dilakukan bersama. Semoga dengan tubuh yang sehat, warga Dusun Pundung dapat hidup lebih produktif dan bahagia,” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh 17 lansia. Mereka mengikuti setiap gerakan senam yang dipandu oleh mahasiswa KKN UNISA Yogyakarta dan kader kesehatan setempat. Gerakan yang diberikan sudah disesuaikan agar aman dan bermanfaat bagi penderita tekanan darah tinggi.

Setelah senam, para peserta menjalani pemeriksaan kesehatan. Hasilnya, sebagian besar peserta mengalami penurunan tekanan darah, membuktikan bahwa senam ini efektif membantu menjaga stabilitas tekanan darah dan meningkatkan kebugaran.

Program KKN UNISA Yogyakarta ini tidak hanya memberi manfaat kesehatan, tetapi juga menjadi sarana mempererat kebersamaan antarwarga. Diharapkan, kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin yang terus dilanjutkan oleh masyarakat Dusun Pundung.

Mahasiswa jepang 2

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali memperkuat kolaborasi internasionalnya melalui KKN Tematik Teknologi Pertanian yang melibatkan mahasiswa Jepang dari Ibaraki University. Nakajima Shie, mahasiswa asal Jepang, tiba di Yogyakarta pada 17 Agustus 2025 dan langsung berinteraksi dengan mahasiswa UNISA Yogyakarta dan masyarakat lokal di Desa Bergan, Wijirejo, Bantul, selama 10 hari.

Kehadiran Nakajima Shie, atau yang akrab disapa Shie-san, menjadi wujud nyata dari kolaborasi global. Ia tidak hanya belajar, tetapi juga berbagi pengetahuan dan perspektif budaya. Salah satu kegiatan yang diikuti adalah kunjungan ke Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta pada 22 Agustus 2025. Di sana, Shie-san mempelajari berbagai teknik, mulai dari kultur jaringan , aklimatisasi pisang, hingga konservasi tanaman.

“Di Jepang, saya hanya mengenal pisang Cavendish dan melihat kurang lebih sekitar 300 variasi pisang di sini sangat membuka wawasan saya,” ujar Shie-san dengan penuh kekaguman.

Selain itu, Shie-san juga ikut serta dalam pelatihan pembibitan vegetatif yang terbuka untuk masyarakat umum. Dalam pelatihan ini, mahasiswa UNISA Yogyakarta membagikan pengetahuan tentang teknik stek batang pada labu madu dan aklimatisasi bibit pisang Cavendish. Teknik pembibitan vegetatif dipilih karena dinilai lebih efisien untuk mempertahankan sifat tanaman induk, terutama untuk benih hibrida yang tidak bisa dibiakkan melalui biji.

Partisipasi Shie-san ikut membangkitkan semangat pelajar lokal. Nizar Abdurrafi, mahasiswa Bioteknologi UNISA Yogyakarta, mengatakan, “Kehadiran Shie-san membuat kami lebih semangat belajar dan berbagi. Kami jadi sadar bahwa ilmu yang kami pelajari bisa berdampak global.”

Program KKN ini juga memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pelatihan pembibitan mendukung SDG 2: Zero Hunger dengan mendorong ketahanan pangan. Kolaborasi antar universitas ini menjadi wujud nyata SDG 17: Partnerships for the Goals , sementara transfer pengetahuan sejalan dengan SDG 4: Quality Education.