Pos

Malaysia

Suasana internasional kembali terasa di Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dengan kedatangan rombongan dari Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia. Sebanyak tujuh mahasiswa dan dua dosen pendamping akan mengikuti program “International Inbound Mobility” yang berlangsung selama lima hari, dari Senin (8/9) hingga Jumat (12/9).

Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang komprehensif. Para peserta tidak hanya akan mendalami ilmu di dalam kelas, tetapi juga akan terjun langsung ke lapangan untuk melihat praktik keperawatan di Indonesia. Agenda menarik seperti kunjungan rumah sakit (Hospital Visit) di PKU Muhammadiyah Gamping dan program pengabdian masyarakat di SMK Negeri 2 Godean telah disiapkan.

Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA Yogyakarta, Wantonoro, Ph.D., menyambut hangat kedatangan delegasi UiTM. Ia menyatakan bahwa kerja sama ini akan berjalan dua arah.

“Selamat datang. Dari sekian banyak universitas, UNISA Yogyakarta jadi pilihan. Tahun depan, giliran kami yang akan mengirimkan mahasiswa ke UiTM dalam program yang sama, tidak hanya dari keperawatan,” ucap Wantonoro.

Di sela-sela kegiatan akademik, para mahasiswa UiTM juga akan diajak berkeliling untuk mengenal kekayaan budaya Yogyakarta. Ts. DR. Sharifah Shafinaz binti SH Abdullah, salah satu dosen pendamping dari UiTM, menjelaskan bahwa tujuan utama mereka adalah belajar ilmu keperawatan sekaligus mendapatkan pengalaman langsung di rumah sakit Indonesia.

Kunjungan ini diharapkan menjadi awal dari kolaborasi yang lebih luas, tidak hanya sebatas pertukaran mahasiswa, tetapi juga merambah ke ranah riset bersama dan publikasi ilmiah untuk pengembangan ilmu keperawatan di kedua negara.

Diskusi fatwa 1

Seiring pesatnya perkembangan teknologi kesehatan, muncul berbagai pertanyaan krusial yang membutuhkan jawaban dari sudut pandang syariah. Menjawab tantangan ini, Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah mengambil langkah penting dengan menggelar Diskusi Fatwa Tarjih mengenai tiga isu mendesak: hukum Bank ASI, penggunaan stem cell (sel punca) untuk kesehatan, dan perlakuan terhadap sisa embrio dari program bayi tabung.

Acara yang diinisiasi oleh Majelis Tabligh dan Ketarjihan serta Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah ini berlangsung di Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta pada 11-12 September 2025. Diskusi ini bertujuan memberikan kepastian hukum dan tuntunan bagi umat Islam di Indonesia.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., dalam sambutannya menegaskan relevansi diskusi ini. Ia mencontohkan keinginan kampusnya untuk membangun laboratorium stem cell, yang memunculkan pertanyaan mendasar mengenai kebolehannya dalam Islam.

“Kami ingin memiliki laboratorium stem cell, kemudian muncul pertanyaan apakah dari majelis tarjih stem cell ini boleh kita lakukan,” ujar Warsiti.

Sementara itu, Sekretaris Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Muhamad Rofiq Muzakkir, Lc., M.A., Ph.D., menjelaskan bahwa isu-isu modern ini sangat kompleks dan tidak bisa dijawab oleh satu ahli saja. Oleh karena itu, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah selalu mengedepankan ijtihad kolektif.

“Ijtihad harus dilakukan secara interdisipliner, gabungan dari berbagai keahlian yang paham fikih dan paham dalil,” tutur Muzakkir.

Diskusi yang dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Dr. Apt. Salmah Orbayinah, M.Kes., ini diikuti oleh 96 peserta dari seluruh Indonesia secara hybrid. Hasil dari diskusi ini sangat dinantikan sebagai fatwa yang akan menjadi panduan konkret bagi masyarakat.

Wantonoro

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menorehkan kebanggaan melalui salah satu dosen berprestasinya, Wantonoro, M.Kep., Sp.Kep.MB., Ph.D., yang berhasil menciptakan dua karya inovatif di bidang kesehatan dan keperawatan. Dikenal sebagai dosen yang kreatif, Wantonoro melahirkan inovasi berupa Bola Remas dengan Sistem Pencatat Remasan (ID S000010052) sebagai alat terapi rehabilitasi yang mendukung pemulihan pasien, serta Kursi Bantu Eliminasi untuk Pasien Pemulihan Patah Tulang Pinggul (ID S000006958) yang memberikan solusi praktis bagi kenyamanan dan kemandirian pasien.

Kedua karya ini bukan sekadar produk, tetapi menjadi bentuk nyata kontribusi Wantonoro dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan. Selain berinovasi, ia juga aktif menulis publikasi ilmiah internasional dengan topik seputar palliative care, kualitas hidup lansia pasca operasi patah tulang, peran keluarga dalam perawatan luka diabetes, hingga dukungan emosional pasien hemodialisis. Karya-karyanya tidak hanya memperkaya ilmu keperawatan, tetapi juga menjadi rujukan penting bagi praktisi kesehatan di Indonesia maupun dunia.

Perjalanan panjang Wantonoro dalam dunia akademik pun penuh dengan cerita suka dan duka. Dari jenjang magister, program spesialis, hingga meraih gelar Ph.D., setiap proses ia jalani dengan penuh ketekunan dan konsistensi. “Bagi saya, setiap langkah dalam pendidikan adalah pembuktian bahwa kesungguhan tidak akan mengkhianati hasil. Saya berharap kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa agar tidak mudah menyerah dalam meraih mimpi,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Wantonoro berpesan kepada mahasiswa dan generasi muda agar selalu berproses dan berprogres dalam setiap hal yang dipilih. “Apa yang sudah dimulai harus diselesaikan dengan baik. Itulah bentuk tanggung jawab dan komitmen yang akan membawa kita pada pencapaian besar,” katanya.

Dengan prestasi yang diraih, Wantonoro bukan hanya mengharumkan nama pribadi, tetapi juga menjadi kebanggaan besar bagi UNISA Yogyakarta sebagai kampus yang terus mendukung lahirnya inovasi dan kontribusi nyata di dunia kesehatan.

Belajar gizi

Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta membawa keceriaan sekaligus edukasi kesehatan bagi anak-anak di PAUD Asamceria, Bantul. Melalui program bertema “Kenali Isi Piringku, Jaga Kebersihan Mulut dan Tangan”, para mahasiswa mengajak anak-anak usia dini untuk mengenal pentingnya gizi seimbang dan perilaku hidup bersih dengan cara yang menyenangkan, Kamis (28/08/2025).

Dalam kegiatan ini, anak-anak tidak hanya duduk diam mendengarkan. Mereka diajak aktif belajar konsep “Isi Piringku”—yaitu porsi makan sehat yang terdiri dari karbohidrat, protein, sayur, dan buah—melalui permainan menyusun gambar dan bernyanyi bersama. Suasana belajar menjadi hidup dan pesan tentang makanan sehat pun lebih mudah meresap di ingatan mereka.

Tidak berhenti di situ, sesi edukasi dilanjutkan dengan praktik langsung. Anak-anak dengan antusias mempraktikkan cara menyikat gigi yang benar menggunakan sikat gigi masing-masing. Mereka juga belajar enam langkah mencuci tangan pakai sabun sesuai standar kesehatan, sebuah kebiasaan kecil yang sangat penting untuk mencegah penyakit.

“Kami ingin menanamkan kebiasaan sehat sejak usia dini. Harapannya, kebiasaan ini bisa terus diterapkan di rumah dengan dukungan orang tua,” jelas Yusuf Hafidzudin A, Koordinator KKN.

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., M.K.M., menambahkan bahwa mengenalkan gizi dan kebersihan secara langsung kepada anak akan meninggalkan kesan mendalam.

“Harapan kami, anak akan memiliki kebiasaan baik, serta dapat tumbuh dan berkembang sehat sesuai periodenya,” ujarnya. Inisiatif mahasiswa KKN UNISA Yogyakarta ini menjadi bukti nyata bahwa edukasi kesehatan bisa disampaikan dengan cara yang seru dan berdampak positif bagi generasi penerus.

Kelas parenting

Masjid Walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sukses menggelar kelas parenting inspiratif yang berbeda dari biasanya. Melalui program Khairah (Keseimbangan Hati, Iman dan Pikiran), masjid ini mengangkat tema penting “Berdamai Dengan Diri: Penuh Cinta Mengasuh Dari Hati” pada 16 Agustus 2025.

Acara yang dibuka oleh Wakil Rektor 3 UNISA Yogyakarta, Prof. Dr. Mufdlillah, S.Pd., S.ST., M.Sc., ini menekankan bahwa kunci pengasuhan yang baik dimulai dari kesehatan mental orang tua itu sendiri. Dengan menghadirkan narasumber ahli, Dr. Khoiruddin Bashori, M.Si., para peserta diajak untuk lebih dulu berdamai dengan diri sendiri sebelum mendidik anak.

Berbeda dari kelas parenting konvensional, sesi ini tidak hanya fokus pada teknis mengasuh anak. Para peserta, yang terdiri dari pegawai UNISA Yogyakarta dan masyarakat umum, justru dibekali keterampilan untuk meningkatkan kesadaran diri, mengendalikan emosi, dan menerapkan prinsip kesehatan mental dalam keluarga maupun lingkungan sosial. Suasana kelas pun terasa hangat dan aplikatif, di mana setiap orang bisa berdiskusi dan berlatih langsung.

“Materi yang disampaikan sangat bagus, menarik, dan aplikatif. Saya merasa banyak belajar hari ini untuk dapat mengendalikan diri, mengatur emosi, dan menjaga kondisi mental saya,” ujar Haidir, salah satu peserta yang hadir.

Program dengan tagline “Kuat dalam iman, tenang dalam jiwa” ini membuktikan peran masjid yang lebih luas, tidak hanya sebagai pusat ibadah, tetapi juga sebagai ruang edukasi holistik. Inisiatif Masjid Walidah Dahlan ini menjadi langkah konkret untuk membangun keluarga yang penuh cinta dan sehat secara mental.