3 Good Health and Well Being

Tim Kemanusiaan UNISA Yogyakarta Intensifkan Layanan Kesehatan Pasca-Bencana di Tapanuli Tengah

, ,
Layanan kesehatan

Tim Kemanusiaan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, melalui program DIKTI Berdampak, terus memperluas layanan kesehatan bagi masyarakat terdampak bencana di Kabupaten Tapanuli Tengah. Selama periode 18–22 Desember 2025, tim telah melayani ratusan pasien di berbagai desa, termasuk Bona Lumban, Tanabolan, Sorkam Kiri, Sibuluan Indah, dan Sitiris-tiris, dengan fokus pada pemeriksaan medis, fisioterapi, edukasi gizi, serta penanganan kasus berisiko tinggi. Tim ini melaksanakan kegiatan kemanusiaan hingga 30 Desember 2025.

Layanan Kesehatan

Analisis epidemiologi dari 384 pasien menunjukkan dominasi masalah kesehatan seperti hipertensi (43 persen) dan gangguan muskuloskeletal (29 persen), disusul penyakit kulit serta infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Fenomena multi-morbidity menjadi sorotan, di mana satu pasien sering memiliki lebih dari satu diagnosis, terutama dipicu oleh pola konsumsi makanan tinggi natrium seperti mi instan pasca-bencana, stres psikologis, dan kondisi lingkungan lembap. Kelompok perempuan mendominasi pasien (68 persen), dengan usia dewasa (18–59 tahun) mencapai 55 persen dan lansia 30 persen. Layanan fisioterapi menangani 170 pasien, dengan keluhan utama nyeri punggung bawah (low back pain) hingga 70 persen, berkaitan dengan aktivitas pembersihan material banjir dan kondisi tidur di pengungsian. 

dr. Joko Moerdiyanto, tenaga medis sekaligus koordinator lapangan tim, menjelaskan, “Jumlah total penyakit tidak sama dengan jumlah total pasien karena mayoritas pasien memiliki multidiagnosis, di mana tingginya angka penyakit kulit dan pernapasan sering muncul bersamaan dengan riwayat hipertensi kronis, yang diduga berkaitan dengan pola konsumsi mi instan pasca-bencana.”

Pada 21 Desember di Desa Sibuluan Indah, tim melayani 165 pasien medis dan 65 fisioterapi, total 230 orang, melebihi target awal 50 pasien hingga hampir 300 persen. Lonjakan ini memerlukan pengambilan stok obat tambahan, dengan prevalensi hipertensi tinggi di kalangan lansia dan ibu-ibu. Selain itu, pendekatan psikososial terintegrasi dalam fisioterapi, di mana pasien sering berbagi cerita untuk dukungan mental.

Keesokan harinya, 22 Desember, mobile clinic di Desa Sitiris-tiris melayani 33 pasien medis dan 20 fisioterapi. Meski jumlah lebih sedikit, kompleksitas kasus tinggi, termasuk suspect Leptospirosis pada pemuda 21 tahun yang dirujuk ke RSUD Pandan, dugaan Tuberkulosis (TB) pada anak, serta masalah gizi seperti stunting, underweight, dan delay development. Edukasi gizi intensif diberikan kepada keluarga, sementara fisioterapi menangani kasus HNP Cervical dengan gangguan fungsi ekstremitas atas, selain nyeri otot umum.

dr. Joko Moerdiyanto menekankan pentingnya edukasi, pencegahan, dan evaluasi internal. “Tingginya hipertensi dan ISPA sering berkaitan dengan pola makan pasca-bencana, sementara kasus anak memerlukan pemantauan berkelanjutan. Lonjakan pasien di Sibuluan Indah mengajarkan kami tingkatkan logistik obat dan SOP fisioterapi. Kami tidak hanya obati, tapi juga edukasi agar masyarakat mandiri. Rekomendasi kami termasuk edukasi gizi rendah natrium, triase ketat untuk kasus berisiko, dan integrasi dukungan psikologis untuk cegah disabilitas jangka panjang,” ujarnya.

Tim juga menyalurkan sembako per kepala keluarga dan merekomendasikan peningkatan stok obat antihipertensi serta promosi ergonomi tubuh. Kegiatan ini menegaskan komitmen UNISA Yogyakarta dalam pemulihan terpadu, adaptif, dan berkelanjutan bagi masyarakat dengan akses kesehatan terbatas.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *