200 Calon Radiografer UNISA Yogyakarta Diajari Trik Hasilkan Foto Rontgen Sempurna dan Aman
Menjadi seorang radiografer ternyata tak perlu menekan tombol kamera. Salah sedikit dalam pengaturan, kualitas diagnosis hingga keselamatan pasien dari paparan radiasi bisa berbahaya jadinya.
Radiografer
Sadar akan risiko tinggi tersebut, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta tak mau main-main dalam mencetak tenaga medis. Melalui Program Studi Radiologi Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes), UNISA Yogyakarta menggelar Studium General yang dihadiri oleh 200 mahasiswa di Hall Baroroh Barried kampus terpadu, Jumat (21/11/25).
Mengusung tema berat namun penting, “Optimasi Parameter Eksposur Untuk Kualitas Gambar Diagnostik”, acara ini diadakan secara hybrid. Tak tanggung-tanggung, dua pakar dihadirkan langsung untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa, yakni Ir. Djoko Sukwono, ST, MT, dan pakar internasional Assoc. Prof Noor Razrul Asmie Yahya, Ph.D.
Dekan FIKes UNISA Yogyakarta, Dr. Dewi Rokhanawati, S.SiT., M.PH, memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif ini. Menurutnya, penguasaan parameter eksposur adalah nyawa bagi seorang radiografer di lapangan.
“Saya berharap kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai optimalisasi parameter eksposur serta penerapannya dalam praktik klinis masa depan,” ungkap Dewi.
Jangan Korbankan Pasien Demi Gambar Bagus
Dalam paparannya, Ir. Djoko Sukwono mewanti-wanti para calon radiografer. Ia menegaskan bahwa faktor eksposi bukan hanya soal menghasilkan gambar yang enak dilihat, tapi juga soal dosis radiasi yang diterima tubuh pasien.
“Seorang radiografer wajib mengetahui penggunaan faktor eksposi yang optimal. Optimalisasi tidak hanya berbicara radiograf yang bagus, tetapi juga tentang keamanan pasien dari bahaya radiasi,” tegas Djoko.
Senada dengan itu, Assoc. Prof. Noor Razrul Asmie Yahya, Ph.D., menyoroti pentingnya detail visual. Menurutnya, kualitas gambar radiologi sangat krusial karena menentukan hasil bacaan dokter.
Inti dari kriteria kualitas radiograf adalah resolusi spasial, kontras, noise, artefak, serta efisiensi dosis. Jika radiograf buruk, hasil bacaan klinis objek yang difoto bisa tidak akurat, jelasnya.
Kuliah umum ini diharapkan menjadi bekal berharga bagi mahasiswa UNISA Yogyakarta agar kelak menjadi radiografer yang tidak hanya handal secara teknis, tetapi juga sangat peduli pada keselamatan pasien (patient safety).













Leave a Reply
Want to join the discussionFeel free to contribute!